“ Primavaganza “
Kudus-Bandungan-Limbangan Kendal
( sebuah catatan kecil perjalanan
penulis )
Menjelajah
ke berbagai tempat wisata, tentu menjadi pengalaman berkesan bagi seorang
traveler. Banyak hal-hal menarik yang bisa didapatkan, seperti spot wisatanya
sendiri, kultur di daerah yang dikunjungi, kuliner dan pengalaman seru lainnya.
Seperti
yang penulis alami, sebagai guru dan panitia UN dengan segala rutinitas mengajar beserta tetek bengeknya seabrek yang menyita
waktu dan tenaga. Maka pada Kamis 25 April 2013, penulis beserta rekan-rekan
guru Perguruan Islam Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati setelah pelaksanaan UN,
siangnya mengadakan perjalanan wisata/mlaku-mlaku dengan label “Primavaganza”
di sejumlah kota dan tempat wisata di sekitar Semarang. Adapun kota yang
penulis singgahi adalah :
Kudus :
Sebagai kota industri kretek,
Kudus menyimpan pesona alam dan budaya yang luar biasa. dengan aneka kuliner
yang cukup populer semisal soto kerbau, jenang, sayur pakis, semur kutuk,
dll. Dalam traveler kali ini penulis
menyinggahi rumah makan bertema resto taman yang cukup terkenal di kudus yaitu
“ Resto Taman Bale Raos “, sebuah resto yang penataannya berkonsep
meniru kampung jawa dengan sentuhan klasik modern berkelas hotel berbintang 5.
Dengan menu andalannya gurami bakar manis yang sangat menggoda lidah. Beralamat
di jalan Kudus-Purwodadi No. 01 Kudus, atau bersebelahan dengan Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus.
Aneka Gazebo di Resto Taman Bale Raos ( foto by Mustain Wahid )
Deretan Bungalow tertata di bibir kolam menambah asyik menikmati menu yang tersaji (foto by Mustain Wahid)
Bawal bakar bumbu manis (foto by Mustain Wahid )
Hidangan Penutup : Pisang bakar keju misis (foto by Mustain Wahid )
Resto taman ini sebenarnya sudah
berkali-kali penulis kunjungi, akan tetapi selalu ingin balik dan selalu ingin
balik, bersebelahan dengan areal persawahan
berangin sejuk yang semilir, serta penataan aneka bungalow yang
melingkari kolam dengan aneka ikan hias yang berkecipak menambah asyik
menikmati hidangan yang tersaji. Sebagai menu penutup penulis mencoba pisang
bakar dengan parutan keju dan misis coklat yang mak nyus rasanya. Kecuali
harganya yang terjangkau menu yang tersaji juga diolah dengan taste yang sangat
original.
Bandungan :
Bandungan
merupakan daerah yang berada diwilayah kabupaten semarang, Jawa Tengah,
tepatnya berada di lereng tenggara gunung ungaran, semarang. Pada kawasan
pegunungan ini bandungan mempunyai pemandangan yang sangat menarik dan juga
berhawa khas pegunungan yang sejuk semilir. Beberapa perkebunan menghiasi
wilayah ini, diantaranya adalah perkebunan sayur, perkebunan buah dan juga
beberapa jenis bunga potong. Di Bandungan ini juga terdapat tempat wisata
peninggalan kuno berupa candi yang berjumlah sembilan (songo/jawa), komplek
kesembilan candi ini terkenal dengan “ Candi Gedong Songo”.
Nama
Bandungan sendiri merupakan sebuah nama yang memuat kisah tentang pasangan
suami isteri yang bernama Kyai Sanggem yang berkeinginan mempunyai anak,
karena lama tak di karuniai anak. Pasangan ini akhirnya mendapatkan sebuah
wangsit dimana jika ingin memiliki anak maka mereka harus mencari sumber ( mata
air ) yang berada dilereng gunung Ungaran yakni sebuah sumber air yang airnya
mengalir seperti sungai. Dan setelah menemukan sumber air tersebut dan kemudian
benar mereka mendapatkan anak. Kyai Sanggem kembali mendapatkan wangsit untuk
menutup atau membendung mata air tersebut agar tidak membahayakan penduduk
kampung dibawahnya. Dan wangsit tersebut dilaksanakan, sumur kemudian ditutup/disumpal
dengan menggunakan sebuah gong (salah satu jenis alat gamelan ). Dari
kata mbendung atau menutup ini kemudian nama bandungan atau bendungan menjadi
nama desa sampai sekarang. Keberadaan Kyai sanggem saat ini dimakamkan di dekat
kantor kecamatan Bandungan.
Penulis di atas balkon hotel dengan view hamparan sawah nan menghijau (foto by Mustain Wahid)
Hotel tempat kami istirahat (foto by Mustain Wahid)
Penulis
tiba di kota ini sehabis magrib, setelah menikmati kuliner bandungan berupa mie
ayam krupuk kulit kerbau, nasi goreng babat dengan nyruput wedang jahe dan kopi
tubruk, wiiih asyik men .... !, penulis berkesempatan memilih penginapan
yang ber view indah. Akhirnya penulis beserta rombongan menginap di hotel “ Taman
Sari “ di jalan Lemah Abang-Bandungan Km 4-5. Sebuah hotel berlantai 2 yang
menghadap persawahan penduduk dengan lereng-lereng/terasiring yang meliuk-liuk,
sekilas mengingatkan penulis dengan tempat di bali yaitu persawahan terasiring
di Jati Luwih yang pernah penulis kunjungi 6 tahun yang lalu. Kenapa penulis
memilih hotel ini, kecuali ber view indah di atas balkon penulis bisa
bercengkerama dengan para petani yang sedang merawat padinya, ditengah lapangan
parkir juga terdapat mushola yang cukup bersih dan elegan. Di waktu malam kota
ambarawa dan bukit manoreh terlihat jelas dari balkon hotel, dengan indahnya
berkelap-kelip lampu kota yang tersaji cukup apik sambil menikmati roti bakar
dan nyruput teh hangat.
Ibu-ibu menjajakan bunga potong (foto by Mustain Wahid)
Penulis diantara deretan bibit bunga (foto by Mustain Wahid)
Di
Bandungan juga dapat di temui pasar aneka hasil pertanian setempat yang berupa
aneka sayur mayur dan buah-buahan, juga dipasar bandungan terdapat pasar bunga
potong yang sangat ramai sekali, di pasar bunga tersebut terjadi transaksi
aneka bunga potong yang siap dikemas dan diantar diberbagai kota-kota di jawa
tengah termasuk kota pati dan juwana. pasar bunga ini ramai pada subuh dan pagi
hari, dan selesai pada jam 8 pagi. mengingat udara pagi hari masih dingin
sehingga memungkinkan bunga tidak cepat layu. Pasar bunga bandungan berbeda
dengan pasar-pasar pada umumnya yang berbau aneka warna, di pasar bunga
bandungan ini baunya harum dan wangi sekali akibat bari bau yang semerbak dari
aneka bunga potong yang indah ini.
Tim Primavaganza sibuk belanja oleh-oleh (foto by Mustain Wahid)
Di
pasar bandungan ini juga penulis beserta rombongan yang lain membeli aneka
oleh-oleh buah dan sayur mayur yang cukup murah, kecuali sayur dan buah,
dipasar ini terdapat los penjual bunga hidup dan aneka bibit tanaman buah dalam
pot yang di jajakan berderet dengan beraneka macam, sehingga sewaktu kami
pulang dari bandungan ini bis travel yang kami sewa berjalan “ regunuk-regunuk,
mbiyek-mbiyek” akibat keberatan muat barangnya yang seabrek.
Limbangan :
Limbangan
adalah sebuah kota kecamatan berjarak 27 km dari kota Semarang. Di kecamatan
Limbangan ini terdapat Wana Wisata
Gonoharjo. Lokasi wana wisata Gonoharjo terletak di Kecamatan Limbangan Kendal
Jawa Tengah, dengan ketinggian antara 700-1000 m diatas permukaan laut. Di
lokasi wisata ini, selain menawarkan keindahan alam, juga terdapat pemandian
air panas, taman bunga dan air terjun Gonoharjo. Wana Wisata Gonoharjo memiliki
beberapa sumber air panas dengan didukung oleh pemandangan yang indah dan udara
yang sejuk. Pemandian air panas ini terkenal dengan nama “ pemandian air
panas Nglimut “, terletak didaerah perbukitan sebelah timur laut desa
Gonoharjo kecamatan Limbangan. Obyek wisata air panas nglimut juga dilengkapi
dengan pemandian air dingin kebun binatang mini, taman bunga dan pemandian air
panas keluarga.
Margotopo I : sumur air panas utama (foto by Mustain Wahid)
Penulis di Pemandian air panas Gonoharjo (foto by Mustain Wahid)
Deburan air terjun (foto by Mustain Wahid)
Pemandian
air panas nglimut dipercaya berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit kulit dan
merawat wajah, tak lain karena air panas yang keluar dari perut bumi ini
mengandung belerang alam. Sehingga air panas di dalam bak penampungan berwarna
keruh kekuningan. Penulis beserta rombongan tak henti-hentinya berendam dalam
kolam air panas ini. Wana wisata Gonoharjo sebenarnya adalah wilayah hutan
dibawah pengawasan perum perhutani Jawa
Tengah. Penulis sendiri berwisata ke Gonoharjo kali ini adalah yang kedua
kalinya setelah kunjungan yang pertama pada dua tahun yang lalu.
Nyemplung rame-rame (foto by Mustain Wahid)
Pada
kunjungan kali ini penulis di kagetkan dengan keadaan di sekitar pemandian air
panas nglimut yang sebagian lokasinya bekas diluluh lantakkan oleh longsoran
lereng bukit sebelah barat. Dalam longsoran ini menghayutkan tiga lapak
pedagang, gardu kelola, dan kolam kecek bagi pengunjung anak-anak. Menurut
Rumiyati 56 tahun pedagang warung makan yang penulis wawancarai, kebetulan
Rumiyati adalah pedagang yang penulis singgahi dua tahun yang lalu dan sempat diingat
wajahnya oleh penulis.
Rumiyati 56 tahun, nara sumber penulis (foto by Mustain Wahid)
Kronologi kejadian longsor menurut
Rumiyati, terjadi pada hari Jum’at kliwon 11 Januari 2013 jam 2 siang. kala itu
seharian terjadi hujan yang cukup deras dan puncaknya menjelang jam 2 siang,
hujan semakin deras disertai petir yang menyambar-nyambar. Ada kejadian aneh
dan janggal menjelang detik-detik terjadinya longsor, pengunjung meski
keadaanya hujan tetap ramai berdatangan, disaat hujan yang semakin deras
tersebut konon katanya ada seorang anak kecil yang telanjang berhujan-hujanan tanpa
pakaian selembarpun, dan yang paling aneh anak tersebut tidak berkelamin sama
sekali. Sambil hilir mudik berjalan, anak misterius tersebut tanpa berkata-kata
sambil tangannya melambai-lambai seakan memberi isarat kepada pengunjung untuk
segera pergi dari lokasi pemandian air panas. Menurut Rumiyati juga tak
seorangpun pengunjung di lokasi pemandian air panas yang menghiraukan isarat
dari anak kecil itu, dianggap anak kecil tersebut tidak waras dan keberadaanya
tiba-tiba menghilang begitu saja.
Bukit yang longsor meluluh lantakkan PAP Nglimut (foto by Mustain Wahid)
Disaat itulah didalam hati
Rumiyati terjadi perasaan yang tidak enak dan di hantui perasaan was-was,
seakan hatinya berkata untuk segera menutup lapak dagangannya. Sehingga bisikan
hati Rumiyati kala itu untuk menutup warung segera dilaksanakannya, setelah lapak
warung yang dijaganya telah sepi dari pengunjung. Baru beberapa puluh meter
Rumiyati meninggalkan lapak dagangannya, suara gemuruh dari lonsoran terdengar
di kejauhan, Rumiyati dipanggil dan
diteriaki orang di sekitarnya yang berlarian meninggalkan tempat kejadian, Rumiyati
baru sadar kalau di lokasi pemandian air panas nglimut telah terjadi longsor
yang cukup hebat.
Rumiyati detik itu juga tidak jadi
pulang kerumah, melainkan bergegas berlari menuju tempat kejadian. Betapa
nelangsanya hati Rumiyati tetkala melihat lokasi lapak dagangannya telah rata
dengan tanah tertimbun lumpur longsoran.
Teriakan dan tangisan serta hiruk pikuk pengunjung yang berusaha
mengevakuasi korban menjadi pemandangan yang menyesakkan hati Rumiyati kala
itu, tetangga sesama pedagang Rumiyati yang siang itu tidak pulang ikut
terkubur hidup-hidup dalam lumpur longsoran. Areal bukit seluas kurang lebih
500 m2 dengan kemiringan terjal serta vegetasi diatasnya meluncur
dan menerjang apa saja yang berada dibawahnya. Setelah menerjang beberapa
bungalow, tiga lapak pedagang serta pos jaga pengelola, longsoran terus melalap
bangunan kolam kecek dan ruang bilas yang berada di bawah pos jaga, dan
longsoran baru berhenti setelah menimbun lembah dan berakhir di sungai.
Beruntung dalam kejadian ini korban dievakuasi dalam kondisi masih bernyawa dan
segera dilarikan kerumah sakit.
Kini Rumiyati tidak berhenti
bersyukur telah terselamatkan dari bencana yang mematikan dua setengah bulan
yang lalu, meski dagangannya telah rata dengan tanah, minimal ia telah menjadi
orang yang mensyukuri atas nikmat yang ada. Dan kini Rumiyati telah membangun
lapak dagangannya kembali dari mengkais sisa runtuhan lapak dagangaannya yang
telah terbawa longsoran, meski disana-sini kayu penyangga atapnya masih
menyisakan sisa-sisa lumpur yang masih menempel . Kesedihan Rumiyati masih
tertinggal diwajahnya kala bercerita sambil melayani kopi kepada penulis.
Beruntung dalam kejadian ini tidak
semua fasilitas pemandian air panas nglimut rusak, bahkan sumur sumber air
panas utama tidak tersentuh oleh longsoran, padahal jaraknya hanya beberapa
meter dari lonsoran. Sore itu di jum’at kliwon yang sama, 26 April 2013 penulis
beserta rombongan “ Primavaganza “ meninggalkan wana wisata Gonoharjo dengan
perasaan sadar bahwa alam memang perlu di jaga kelestariannya, akibat salah
dalam mengelola bahkan tindakan ceroboh, alam akan murka dan menemukan jalannya
sesuai dengan sunnatullah.
Nyruput kopi ( foto by Mustain Wahid )
Tim “Primavaganza”
1.
Ahmad Khoiruzzad, S.Pd.I,
MM.Pd. ( komandan tim )
2.
Teguh Panatagama,SP. (
navigator )
3.
Rodli,S.Pd.I. ( produser
tim )
4.
Mustain Wahid,S.Pd.I. (
reporter )
5.
Abdul Kharis, S.Pd. (
kameramen )
6.
Tulus Sanyoto, SE. (
anggota )
7.
Afandi, S.Pd. ( anggota )
8.
Edy ( Pilot )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar