Sabtu, 19 November 2011

Anak-anak belajar dari apa yang mereka alami

Bila anak hidup dengan kritikan
ia belajar untuk mengutuk
Bila anak hidup dengan permusuhan
ia belajar untuk melawan
Bila anak hidup dengan ejekan
ia belajar menjadi pemalu
Bila anak hidup dengan rasa malu
ia belajar untuk bersalah
Bila anak hidup dengan toleransi
ia belajar menjadi sabar
Bila anak hidup dengan penuh dukungan
ia belajar untuk percaya diri
Bila anak hidup dengan pujian
ia belajar untuk menghargai
Bila anak hidup dengan keadilan
ia belajar menjadi adil
Bila anak hidup dengan rasa aman
ia belajar untuk mempunyai keyakinan
Bila anak hidup dengan pengakuan
ia belajar untuk menyukai dirinya
Bila anak hidup dengan kejujuran
ia belajar kebenaran
Bila anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan
ia belajar menemukan rasa kasih sayang di dunia

Selasa, 15 November 2011

Sejarah MI. Tarbiyatul Athfal Bulumanis lor

 
Foto memperlihatkan kepanduan Anshor di rumah Kepala Desa Bulumanis lor ( Ich. Suyuti )
14 tahun setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, tepatnya pada tahun 1959, dimana saat itu perkembangan politik, ekonomi, dan dunia pendidikan di Indonesia masih belum stabil sepenuhnya. tak terkecuali saat itu di Bulumanis lor juga mengalami hal yang sama, kehadiran politik multi partai serta perang kepentingan dan  ideologi terus berlanjut. saat itu Partai Komunis Indonesia cukup dominan menguasahi sektor penting di tingkat pemerintahan desa, meski kehadirannya sebenarnya ditandingi kebesaran Partai NU di desa Bulumanis lor, sehingga politik adu domba dan intimidasi yang dijalankan PKI saat itu cukup meresahkan masyarakat.
Bahwa faktor-faktor diatas itulah yang menjadi pendorong dan alasan kongkrit didirikannya  sebuah Kepanduan Anshor yang digagas para petinggi NU desa Bulumanis lor pada saat itu, bertujuan membantu pemerintah dalam lapangan sosial dan pendidikan, dan tak kalah pentingnya menangkis ajara-ajaran komunis. Kepandunan GP. Anshor tersebut melatih kader dengan  kursus-kursus ketrampilan dan syiar Islam.  Kepanduan tersebut dilaksanakan pada sore hari dan hanya empat hari dalam seminggunya. Karena  sifatnya masih dalam rintisan, pada waktu itu Jamiyah NU desa Bulumanis lor belum mempunyai gedung yang permanen. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut bertempat dirumah-rumah pengurus, dari satu rumah pindah ke rumah yang lainnya, sampai akhirnya kepanduan Anshor ini berjalan selama empat tahun lamanya.
Selama empat tahun berjalan kepanduan Anshor tersebut mengalami kemajuan dan peningkatan murid-muridnya, maka pada tahun 1963, dari kepanduan Anshor berubah menjadi Taman Pendidikan Islam yang disingkat TPI dan diberi nama Al-Islam.Berbarengan dengan lahirnya TPI tersebut lahirlah Taman-Kanak-Kanak yang diberi nama TK. Tarbiyatul Athfal. Dikandung maksud agar lulusan TK dapat mengisi TPI yang sudah ada labih dulu, untuk ini TPI murid-muridnya sudah masuk pagi, bahkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas TPI, Jamiyah NU mengirim tenaga-tenaga guru untuk mengikuti pelatihan dan kursus guru di Persatuan Guru NU ( Pergunu ) Kab. Pati.
 
Gedung baru berlokasi di depan masjid ( sampai sekarang )
TPI yang masih menempati rumah-rumah pengurus serta berpindah-pindah tersebut, mendorong dipikirkanlah pendirian gedung sekolah yang permanen. Dengan bermodalkan tanah wakaf ( yang ditempati gedung sekarang ) serta sumbangan dana dari warga dan jamiyah NU, cita-cita mendirikan gedung sekolah terwujud, meski saat itu kondisinya berlantai tanah dan berdinding gedek. Baru berdiri satu minggu lamanya, PKI di desa Bulumanis lor merasa panas dengan keberadaan gedung baru tersebut, maka dengan segala cara PKI beserta antek-anteknya mengancam akan memberangus gedung TPI tersebut jika PKI menang dalam Pemilu, dan akan dijadikan kandang babi. 
 
Gedung baru setelah mengalami renovasi dari dinding gedek ke bata masif
 
Kenang-kenangan gedung lama sebelum diruntuhkan total
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1965, berbarengan dengan kup PKI terhadap pemerintah Republik Indonesia yang sah. Namun Allah berkehendak lain, PKI beserta ajarannya dapat ditumpas di bumi Indonesia, khusus di Desa Bulumanis lor PKI dapat ditumpas oleh kegagahan Nahdliyin beserta barisan GP. Anshornya, dan menurut sumber yang penulis wawancarai, Resimen Para Komando Angkatan Darat ( RPKAD ) kala itu sampai juga di desa Bulumanis lor. Dan pada waktu itu Kepala Desa Bulumanis lor yang kebetulan pimpinan ranting PKI Desa Bulumanis lor ikut dibawa RPKAD dan para aktivis serta pengikut PKI, kabar yang berhembus semuanya dibawa ke pulau Buru Maluku sebagai tawanan negara, dan sebagian besar ada yang meninggal diperjalan karena luka-luka, dan sebagian kecil dipulangkan kembali ke Bulumanis lor pada tahun 70 an akhir setelah menjalani masa tahanan.
 
Gedung sekarang setelah direnovasi total dari dana alokasi khusus dan dana pendamping dari masyarakat, berlantai II terdiri 6 kelas .2 WC dan 1 kantin
Setelah peristiwa memilukan itu selesai, beberapa tahun kemudian Taman Pendidikan Islam oleh pemerintah ( dalam hal ini Departemen Agama ) diganti dengan istilah MWB, yang berarti Madrasah Wajib Belajar, bertepatan dengan digantinya istilah tersebut, nama Tarbiyatul Athfal yang semula untuk TK dialihkan menjadi nama  MWB Tarbiyatul Athfal. Dari MWB kemudian menjadi Madrasah Ibtidaiyah atau MI sampai sekarang. Menengok perjalanan MI yang cukup  panjang semenjak didirikannya dari kepanduan GP. Anshor sampai kini ( th. 2011 ) MI. Tarbiyatul Athfal sudah berumur 52 tahun.
 
Guru-guru MI.Tarbiyatul Athfal Tempoe Doeloe

Di posting 16 November 2011
Nara Sumber :
1.       Bpk. Dymyati Asrori (Kepala Sekolah pertama /Alm).
2.       Bpk. Ichwan Suyuthi ( mantan Kepala Desa era Orde Baru / Alm).
3.       Bpk. Abdullah Silun ( guru MI Tarbiyatul Athfal tempo dulu / Alm ).