Sabtu, 23 Maret 2013

Masa Kecilku 3 ( gerobak sapi )



Gerobak Sapi sarana transportasi jadul

                Gerobak sapi atau didaerah lain di sebut cikar sapi merupakan salah satu moda transportasi jadul ( jaman dulu ) yang tak lekang dimakan zaman. Sewaktu penulis masih anak-anak gerobak sapi ini menjadi andalah dalam transportasi pengangkutan barang-barang dan material bangunan. Bahkan di jaman yang serba mesin ini gerobak sapi di wilayah-wilayah terpencil masih menjadi andalan dalam pengangkutan barang.
Rangka bak gerobak sapi ini kebanyakan terbuat dari kayu yang berpenutup papan kayu, bak gerobak sapi ini dihubungkan dengan sasis terbuat dari kayu juga yang disambung dengan pedati sebagai tempat tarikan sapi. Pedati sapi ini ada yang tunggal dan ada yang ganda, pedati tunggal ditarik seekor sapi, sedangkan pedati ganda ditarik dua ekor sapi. Kemudian ditengah sasis ini dipasang as roda  yang terbuat dari besi sebagai tempat menaut roda gerobak. Roda gerobak ini biasanya terbuat dari kayu yang dibantali karet sebagai peredam getar dengan ditengah-tengahnya dipasang jeruji dari kayu juga, dan ada roda yang terbuat dari ban bekas kendaraan modern semisal truk dan mobil saat ini. gerobak sapi ini ada yang didesain menggunakan atap dan ada yang tidak menggunakan atap.
 Gerobak sapi pedati ganda yang ditarik dua ekor sapi ( foto repro wordpress)
 Atap gerobak sapi ini biasanya terbuat dari jalinan bambu yang dirajut dengan tali yang terbuat dari sabut/suwo pohon aren, sebangsa pohon sagu. Suwo aren ini dijalin menjadi tali yang bernama “ Duk “ berwarna hitam. Dari jalinan bambu  yang dirajut tali duk inilah yang disebut dengan “ empyak”, empyak ini sebagai tempat untuk menautkan atap rumbia yang dipakai untuk mengatapi gerobak sapi.
Gerobak sapi ini adalah kendaraan yang tak mengenal grusa-grusu, artinya kecepatan lajunya hanya seirama dengan laju jalan sapinya, dapat dimaklumi sapi adalah hewan yang jarang berlari, beda dengan sapi yang dipakai untuk karapan sapi di Madura Jawa Timur, karena sapi karapan sejak usia muda memang dilatih dan diciptakan untuk berlari kencang. Sehingga gerobak sapi ini bila melaju dijalan raya biasanya menjadi biang macet, masalahnya kendaraan dibelakangnya ikut pelan sesuai dengan jalannya sapi, dan tentunya dibelakang gerobak sapi kendaraan bisa macet mengular ke belakang.
Gerobak sapi ini menjadi satu-satunya kendaraan yang paling berkesan bagi penulis kecil. Betapa tidak hampir setiap hari gerobak sapi ini melintas di jalan depan rumah penulis kala itu. Entah itu mengangkut pasir, batu kali, bata merah, kayu, atau hasil penen padi. boleh dikata gerobak sapi menjadi andalan angkutan barang sebelum adanya mobil pickup, truk dan angkutan bermesin yang lain. Gerobak sapi ini memiliki suara yang khas yang masih terngiang-ngiang di telinga penulis, dengan suara “ glodak-glodak “ nya. Mengingat jalan kala itu masih berbatu dan belum beraspal seperti sekarang ini. suara glodak-glodak nya itu seakan seperti undangan kepada anak-anak kecil seusia penulis kala itu untuk turut ikut menumpang, menumpang gerobak sapi bila keadaannya kosong, tapi bila gerobaknya penuh muatan biasanya terkenal dengan “ nggandul “. Nggandul ini berisiko terjatuh, mengingat anak-anak kala itu bergelantungan di rantai besi yang tertambat dibelakang bak gerobak sapi. Nggandul ini merupakan hobi penulis kecil, meski kadang pulangnya jalan kaki juga, tapi puas rasanya bila nggandul gerobak sapi ini bisa jauh.
Gerobak sapi ini dulu sangat populer di era tahun 70 an sampai pertengahan tahun 80 an. Setelah adanya colt pickup dan truk, peran gerobak sapi ini pelan dan pasti mulai tergeser dengan moda transportasi modern. Nggandul gerobak sapi ini tak berarti tak berisiko, kecuali berisiko jatuh kadang berisiko dimarahi sang kusir pemilik gerobak sapi ini.
 Gerobak sapi pedati tunggal (foto repro antara)

Kini di jalanan raya yang mulus telah jarang dijumpai gerobak sapi yang melintas, karena gerobak sapi ini telah kalah segala-galanya dengan moda transportasi modern, kalah dengan kecepatan, kalah dalam waktu hantar, kalah dalam bermanufer dan kalah yang lainnya. Karena semakin langka itulah bila penulis bepergian tiba-tiba ada gerobak sapi yang melintas, seakan keberadaannya membawa lamunan penulis akan nostalgia masa anak-anak penulis dulu. Tidak heran banyak kalangan seniman lukis mengabadikan gerobak sapi ini dalam tema lukisannya, bahkan ada orang kaya yang rela merogoh puluhan juta demi memiliki gerobah sapi yang telah aus untuk dijadikan pajangan dalam taman rumahnya. Di Jogjakarta juga ada seniman nyentrik Afandi ( Alm) menjadikan galerinya didesain seperti gerobak sapi, karena gerobak sapi ini menurut penulis merupakan warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan bagi anak-anak cucu yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar