Dolanan
Tri Legentri
Dolanan yang satu ini dahulu sangat
populer di kalangan anak-anak era 70 – 80 han, era dimana penulis kecil masih
sering melakukan dolanan ini, baik pada sore hari atau pada malam pas padang
mbulan ( purnama ) bersama teman-teman sebaya yang lain. Kehidupan era itu
anak-anak masih bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakatnya, sekarang
keberadaan dolanan tri legentri ini nyaris hilang ditelan jaman gaget. Padahal dolanan
ini mengajarkan kebersamaan dan sportifitas. Dolanan Tri legentri asli dari
kearifan budaya Jawa, terutama Jawa Tengah.
Untuk
memainkan dolanan Tri Legentri ini dibutuhkan 3 – 5 pemain bahkan bisa lebih,
setiap pemain membawa batu yang bernama “Gacuk”,
kalau pemainnya 5 maka gacuk kecil berjumlah 4 yang gacuk satunya dicarikan
batu yang lebih besar yang dinamai “Gecuk Kodok”. Setelah masing-masing
pemain memegang gacuk, maka permainan Tri Legentri langsung bisa dimainkan :
Siswa MI. Tarbiyatul Athfal Bulumanis lor sedang dolanan Tri Legentri sebagai nguri-nguri kabudayan ( foto by Mustain Wahid )
Cara memainkan :
1.
Untuk memainkan dolanan Tri legentri pemain biasanya
berjonggkok, mengingat batu gacuk harus terletak diatas tanah untuk di putar.
2.
Sambil menggenggam batu gacuk seraya di geser berputar
untuk di pegang pemain lain secara estafet. Gacuk yang di putar ini di kasih
aba-aba dengan tembang/lagu :
Tri legentri nogosari – ri
Riwul awul awul adang katul – tul
Tulen ulen ulen gajah manten - ten
Tenong besok gede dadi opo – po
Podo mbako enak mbako sedeng- deng
Dengkok engkok-engkok koyok kodok
3.
Pemain yang pada aba-aba terakhir “ koyok kodok “
atau yang kebagian gacuk besar/kodok, maka pemain tersebut menjadi pemain jadi,
artinya ia harus menerima konsekuensi sebagai terhukum.
4.
Terhukum atau pemain jadi harus menutup mata sambil
berjongkok.
5. Pemain pemenang yang berjumlah 4 harus berlari
meninggalkan pemain terhukum/jadi untuk ngumpet ( ndelik )di
tempat-tempat umpetan yang telah ditentukan jarak jauhnya dari tempat dolanan tri legentri.
6.
Pemain jadi/terhukum harus mencari pemain pemenang berjumlah
4 yang sedang ngumpet untuk di tunjuk ( dalam hal ini terkenal dengan
istilah “ di cot “ ).
7. Pemain jadi / terhukum kecuali mencari pemain pemenang
yang ngumpet, pemain jadi harus menjaga batu-batu gacuk agar tidak di tendang
pemain pemenang, atau lebih terkenal dengan istilah “ sekong “ .
8.
Kalau pemain terhukum tidak bisa mencari pemain
pemenang, biasanya permainan ini menjadi lama sekali.
9. Pemain pemenang berhak menolong teman-teman yang lain
yang telah di cot terlebih dahulu, dengan jalan keluar dari persembunyiannya
dan langsung men- sekong batu-batu gacuk tanpa di ketahui pemain jadi. Begitu seterusnya.
10. Apabila
pemain-pemain pemenang/ngumpet telah semua di cot, maka permainan tri legentri
bisa dimulai lagi.
Kalau melihat lyrik tembang yang
digunakan untuk aba-aba dalam dolanan tri legentri ini, penulis sendiri tidak
bisa mengartikan apa maksudnya, dan apa kandungannya. Namun lyrik tembang/ lagu
ini diwariskan dari orang tua turun temurun, kalaupun terjadi kesalahan dalam
penyebutan dan arti di masing-masing wilayah penulis pikir itu tak apa-apa, toh
dolanan ini yang terpenting mengajarkan kepada pemain untuk menjunjung tinggi sportifitas, tunduk akan aturan main dan
sebagai wahana sosialisasi terhadap kehidupan manusia yang berperan sebagai
mahluk sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar