Masjid jami’
Baitus Salam Bulumanis lor dari masa ke masa
Pada
tahun 1957 menempati areal tanah waqaf dari keluarga besar Asmo Sulaiman, masjid jami’ Baitus Salam
dibangun dengan sangat sederhana menggunakan bahan kayu berarsitek Jawa klasik
bentuk tajug bersusun dua, bangunan masjid tempoe doeloe kebanyakan
menggunakan arsitek klasik bentuk tajug ini.
Sebelum Islam
masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha yang datang lebih dulu dari pada Islam.
Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi kebudayaan
karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi, yang melahirkan
kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Jawa dan khususnya Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti
kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Ajaran Islam mulai masuk ke Indonesia
dilakukan pedagang-pedagang Arab, Cina, India ( Gujarat ) dan Parsi. Setelah
itu, proses penyebaran Islam dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam Nusantara
melalui majlis taklim, perkawinan, perdagangan, madrasah-madrasah dan
penaklukan.
Bentuk awal Masjid Jami' Baitus Salam (sketsa by Mustain Wahid)
Begitu juga
Masjid Jami’ Baitus Salam Bulumanis lor di bangun tetap mempertahankan bentuk
asal yang menyerupai candi Hindu / Budha. Bentuk budaya sebagai hasil dari
proses akulturasi budaya tersebut. Wujud akulturasi dari masjid kuno adalah
memiliki ciri sebagai berikut :
· Atap tajug
bersusun dua sampai tiga menggunakan bentuk limas yang menyerupai candi.
·
Diatas atap
yang bersusun di pasang mustoko ( hiasan
di puncak/ kepala atap ).
·
Sebagian besar
menggunakan bahan dasar kayu yang mudah mengambilnya dari alam karena
ketersediaan bahan yang melimpah.
· Tidak mengenal
bangunan dari bahan dasar semen, karena semen pada waktu itu belum sebanyak dan
semudah mendapatkannya seperti sekarang ini.
·
Teras/serambi
hanya ada di bagian depan yang terkenal dengan gandok.
·
Tidak mengenal
adanya menara.
Bentuk ke dua (foto by Mustain Wahid)
Kemudian pada
tahun 1987 masjid jami’ Baitus Salam Bulumanis lor mengalami pemugaran yang
pertama menghilangkan gandok, penambahan teras depan dan samping kanan kiri
berbentuk tapal kuda. Sudah menggunakan bentuk plengkung (latiu) sepanjang
teras sebagai bentuk adopsi arsitek timur tengah. Bangunan utama yang berbentuk
tajug tetap dipertahankan, berpagar besi tempa di setiap lorong plengkungnya.
Di tahun ini
juga dibangun tempat wudlu dan pagar yang permanen, dan diatas tempat wudlu
dibangun pula perpustakaan untuk remaja masjid Baitus Salam ( Irmabas ) dengan
atap menjulang ke atas berbentuk atap joglo.
Kemudian di
tahun 1998 masjid jami’ Baitus Salam mengalami pemugaran yang kedua kalinya,
mengingat di sebagian tempat telah terjadi pelapukan dan kebocoran di sana-sini
yang amat parah karena teras berbentuk tapal kuda masih menggunakan atap zeng.
Bentuk arsitek yang di pilih kala itu adalah prototip dari masjig agung Demak,
dengan mengganti bagian teras lengkung bulat menjadi lengkung miring dan
penyederhanaan tiang kolom di sisi luarnya.
Bentuk ke tiga (foto by Mustain Wahid)
Mengingat kala
itu pendanaan kurang menunjang, maka bangunan yang semula direncanakan seperti
masjid agung Demak tidak bisa terealisasi secara sempurna, dan sifatnya baru
nyicil bagian depan dan samping saja.
Prototip
inipun tidak bertahan lama, hanya berselang kurang dari lima tahun masjid jami’
Baitus Salam yang belum selesai ini, Atas prakarsa Kepala Desa Bulumanis lor
yang saat itu di jabat H. Hambali, SH. dipugar lagi dan diruntuhkan sampai nol
tanah. Dengan terlebih dahulu membubarkan kepengurusan lama dan menggantinya
dengan kepengurusan baru,ini terjadi pada tanggal 20 April 2003. Pengurus yang
baru ini kemudian dikukuhkan sekaligus
menjadi panitia pembangunan masjid jami’ Baitus Salam. Tepat pada tanggal 26
April 2003 masjid jami’ Baitus Salam resmi dibangun dengan peletakan batu
pertama oleh para tokoh masyarakat desa Bulumanis lor sebagai simbul persatuan
dan kesatuan.
Masjid yang
dibangun dengan modal dana kas masjid dua puluh dua juta rupiah ini berakhir
kurang lebih satu tahun enam bulan dengan menghabiskan dana kurang lebih hampir
satu milyar rupiah. Dana sebesar itu berkat bantuan warga desa Bulumanis lor
baik yang berdomisili di dalam desa atau yang berdomisili diluar desa, para
simpatisan, dan yayasan Al-Baiti yang kantor pusatnya berkedudukan di Arab
Saudi. Masjid yang dibangun mengadopsi arsitek timur tengah modern ini
menggunakan delapan pilar kolom utama yang menopang kubah cor berdiameter 9,75
m, kubah ini disebut-sebut sebagai kubah masjid terbesar di kecamatan Margoyoso.
dan diatas kubah utama bermahkotakan warna keemasan, serta berlantai susun sebagai
antisipasi lonjakan penduduk desa Bulumanis lor di kemudian hari.
Bentuk ke empat/ saat ini (foto by Mustain Wahid)
Peresmian
pembangunan masjid jami’ Baitus Salam ini pada tanggal 11 September 2004. Dengan di
tandai pemukulan bedug dan pengajian akbar sekaligus pembacaan do’a yang di
haturkan kepada almarhum/almagfurlah KH. Syahid dari Kemadu Sulang Rembang. KH.
Syahid dari Kemadu ini menjadi guru spiritual panitia dalam membangun masjid
jami’ Baitus Salam Bulumanis lor, dengan memberi do’a wirid berupa ayat
terakhir dari surat Al-Fath. Dalam acara peresmian ini sebenarnya panitia
berencana dan kepingin menghadirkan KH. Syahid dari Kemadu Sulang Rembang
sebagai pembuka peresmian, akan tetapi Allah SWT. berkehendak lain, KH. Syahid
dari Kemadu pulang kerahmatullah seminggu menjelang masjid diresmikan.
Ucapan Terima Kasih :
1. Allah SWT. yang telah merestui dan menganugerahi
nikmat iman sehingga pembangunan masjid bisa selesai tanpa kendala yang
berarti.
2. Nabi Muhammad SAW. yang telah memberi sari tauladan
kepada kita, sehingga semangat perjuangan beliau dapat menyemangati demi
terciptanya pembangunan masjid yang cukup representatif.
3. Para Alim Ulama Tokoh masyarakat desa Bulumanis lor,
yang dari fatwanya dapat menyejukkan hati panitia dalam proses pembangunan
masjid jami’ Baitus Salam.
4. KH. Syahid dari Kemadu Sulang Rembang yang telah
memberi do’a wirid demi terselesainya pembangunan masjid.
5. Yayasan Al-Baiti Arab Saudi ( Bpk. H. Ahmad Badawi )
selaku penyandang dana tambahan pembangunan masjid jami’ Baitus Salam.
6. Seluruh warga beserta jajaran pemerintahan Desa
Bulumanis lor yang terus menerus memberi bantuan moril maupun matrial demi
tercapainya pembangunan masjid.
7. Para donatur dan simpatisan yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
8. Para Pengurus masjid dan seluruh Panitia pembangunan
yang telah mencurahkan harta, tenaga, serta pikiran demi terselesainya
pembangunan masjid.