Situs Kuno Kabupaten Pati, Makam Adipati Pragola II |
Pada Tahun 1601 M setelah penguasa Mataram ( Panembahan Senopati ) wafat, tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya Mas Jolang ( Pangeran Sedo Krapyak ). dan setelah Pangeran Sedo Krapyak ini wafat, kekuasaan jatuh kepada putranya yang bernama Raden Mas Anyokrokusumo, yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo, memerintah sekitar tahun 1613 - 1645. Cucu Panembahan Senopati ini memimpin dengan bijaksana sehingga Mataram sangat terkenal.
Berdasar buku sejarah Pati, untuk mengetahui sejarah Adipati Pragola II ini terlebih dahulu kita melihat sejarah Ki Ageng Penjawi, Siapakah sebenarnya Ki Ageng Penjawi ini ?. Ki Ageng Penjawi adalah salah seorang keturunan ke 5 dari Bhre Kertabhumi dari keturunan Ki Ageng Ngerang ( tokoh penyebar Islam diwilayah timur Pati sekitar Juwana yang merupakan guru dari Sunan Muria ). bersama dengan Ki Gede Pemanahan dan Ki Juru Mertani, Ki Ageng Penjawi ini menjadi tokoh kepercayaan dari Sultan Hadiwijaya alias Mas Karebet atau Jaka Tingkir yang saat itu berkuasa di Pajang. Nah pada saat Panembahan Senopati ( anak dari Ki Ageng Pemanahan ) awal membangun Mataram di Kotagede Yogjakarta, Ki Ageng Penjawi ini menjadi Adipati Pati dan akan berputra Adipati Pragola I. Dari Adipati Pragola I inilah lahir putra yang dijuluki Adipati Pragola II .
Pada saat Mataram berganti penguasa dari Pangeran Sedo Krapyak ke Raden Mas Anyokrokusumo, di Kadipaten Pati juga terjadi suksesi kepemimpinan, dari Adipati Pragola I yang udzur karena tua ke putranya yang terkenal dan bergelar Adipati Pragola II.
Adipati Pragola II mempunyai istri bernama Raden Ajeng Tulak / Ratu Mas Sekar yang tak lain adalah adik dari Sultan Hanyokrokusumo penguasa Mataram. sehingga dapat dikatakan kalau Adipati Pragola II adalah Ipar dari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang sama-sama merupakan keturunan Prabu Brawijaya Raja Majapahit.
Penulis didepan situs kuno makam Adipati Pragola II di Tamansari Tlogowungu Pati |
Dalam menjalankan roda pemerintahan di Pati, Adipati Pragola II mendapat dukungan penuh dari enam tumenggung, keenam tumenggung tersebut adalah Tumenggung Mangunjaya, Ki Kenduruan, Ramanaggala, Tohpati, Sawunggaling dan Sindurejo. dan keenam tumenggung telah bersumpah setia untuk membela Tanah Pati hingga darah penghabisan.
Pada saat Pisowahan Agung di kesultanan Mataram yang bersamaan dengan hari raya, yang dihadiri oleh para pembesar kesultanan dan para pimpinan dari Grobogan, Bagelan, Kudus, Kalinyamat, Demak dan Lasem. Satu-satunya yang tidak hadir adalah dari Kadipaten Pati ( Adipati Pragola II ). padahal dalam Pisowahan Agung ini, rencananya Sultan Agung ingin membahas dan menyusun kekuatan untuk menggempur daerah Surabaya yang belum tunduk terhadap Mataram.
Ketidak hadiran Adipati Pragola II sekaligus ipar Sultan Agung ini sama dengan alasan ayahandanya Pragola I yang menganggap Kadipaten Pati dan Mataram sama derajatnya, sehingga dalam pisowahan Agung ini Sultan Agung menjadi marah dan akan mengempur Kadipaten Pati.
Singkat cerita akibat pembangkangan Adipati Pragola II ini, Sultan Agung memutuskan menyerbu Kadipaten Pati, dan ditunjuklah Tumenggung Alap-alap untuk membumi hanguskan Kadipaten Pati yang akan diserbu dari tiga penjuru, pasukan dari timur dipimpin Adipati Martalaya yang menyusun kekuatan di sekitar Pakuwon Juwana, pasukan dari selatan dipimpin oleh Pangeran Madura yang menyusun kekuatan di sekitar pegunungan kendeng sekitar daerah Cengkalsewu, sedang pasukan yang dari barat dipimpin oleh Pangeran Sumedang yang menyusun kekuatan didaerah Matraman Margorejo.
Adipati Pragola II dalam hal ini telah menyebarkan para telik sandi untuk melihat peta kekuatan pasukan Mataram. Adipati Pragola II juga telah mempersiapkan segalanya termasuk memobilisasi pasukaan, apalagi seluruh rakyat Pati siap den rela mati demi Bumi Pati. Akhirnya pertempuran di tiga zona tak terhindarkan, pasukan Pati yang menuju timur dipimpin oleh Tumenggung Mangunjaya dan Tumenggung Tohpati, yang menhadang ke selatan dipimpin oleh Tumenggung Kenduran , sedangkan yang bergerak ke arah barat dipimpin oleh Adipati Pragola dengan pasukan berkudanya menyertakan Tumenggung Sindureja dan Tumenggung Sawunggaling.
Dalam pertempuran yang melelahkan dan tidak imbang jumlah prajurit Pati yang menghadapi prajurit Mataran yang berjumlah puluhan ribu, Adipati Pragola II terluka, namun tetap gagah berani melanjutkan peperangan dan meneruskan pengejaran musuh ke arah barat, sampailah pada daerah yang terdapat sumber air sani, kuda yang ditumpangi Adipati Pragola II terjatuh dan tidak dapat melanjutkan pengejaran lagi. disinilah luka Adipati Pragola II menjadi parah dan akhirnya wafat pada Jum'at Wage 4 Oktober 1627 M, dan dimakam diperbukitan di kawasan mata air sani Desa Tamansari Kec. Tlogowungu Kab. Pati.
Pusara Adipati Pragola II di kompleks pemakaman tua desa Tamansari |
Dikawasan makam kuno ini terdapat Sendang Sani peninggalan Sunan Bonang. dikawasan ini pula sekarang dikembangkan obyek wisata, water boom, arena pemancingan dan sarana penunjang lainnya, diantaranya tempat parkir, wisata kuliner, gazebo dan pusat oleh-oleh.
Pintu gerbang wahana pemancingan dan wisata kuliner Sendang Tirta Marta Sani |
Deretan gazebo memanjakan para pemancing |
Lesehan sambil menikmati ikan bakar dengan arsitek yang cukup futuristik |
Pintu gerbang Water Boom di Sendang Sani |
Sendang Sani peninggalan Sunan Bonang di potret dari sisi barat |
Sendang sani dipotert dari sisi utara |
Bangunan cungkup yang dijadikan mushola di selatan sendang sani |
Pintu gerbang menuju sendang sani |
Cerita perjalanan Sunan Bonang dan asal usul sendang sani |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar