Panggalan
Panggalan atau yang lebih
populer disebut gasing, merupakan permainan yang mendunia. Hampir diberbagai
belahan dunia mainan gasing ini ada. Asal usul mainan gasing ini tidak jelas
berasal dari negara mana gasing ini berawal. Gasing ini diberbagai belahan
dunia memiliki corak dan macam yang berbeda-beda, ada yang terbuat dari kayu,
bambu, plastik, bahkan ada yang membuatnya dari bahan besi.
Model Panggalan (foto repro)
Gasing atau di Jawa
terkenal dengan “panggalan” umumnya
terbuat dari bahan kayu yang dibubut dengan mesin bubut. Kayu terbaik untuk
bahan panggalan ini adalah kayu petai cina ( petet ). Karena kayu ini memiliki
tekstur padat dan kuat, ini dimungkinkan panggalan tak mudah pecah saat
dimainkan. Panggalan ini baru bisa dimainkan bila ada alat untuk memainkannya,
alat tersebut bernama “ Uwet”, uwet ini semacam tali yang dipilin terbuat dari
serat kayu kering ( agel ) yang panjangnya mencapai sekitar satu meteran lebih.
Uwet ini dipilin dari besar di pangkalnya dan terus menerus dipilin agak
mengecil di ujung satunya. Uwet ini kemudian dililitkan pada leher gasing
dengan kencang kemudian gasing ini dilempar pada tanah dan seketika itu tali
uwet tersebut ditarik, sehingga gasing yang terlempar dan tertarik ini akan
berputar kencang setelah mendarat dipermukaan tanah.
Cara memainkan panggalan :
Untuk
memainkan panggalan dibutuhkan keahlian dan latihan-latihan khusus, panggalan
biasanya dimainkan bersama-sama dengan pemain yang lain, biasanya empat sampai
enam pemain tergantung kenbutuhan. Langkah-langkah memainkannya :
1. Semua peserta/
pemain melempar gasing secara bersama sama di permukaan tanah setelah di beri
aba-aba terlebih dahulu, maka gasing akan berlomba berputar selama mungkin,
gasing yang berhenti berputar terlebih dahulu disebut gasing mati, berarti
pemain tersebut mendapat julukan “ukek”, gasing yang mati kedua mendapat
giliran pemukul pertama, gasing yang mati ke tiga mendapat giliran pemukul ke
dua dan seterusnya. ukek ini nantinya akan melempar gasing pertama kali untuk
dipukul pemain ke dua dan seterusnya.
2. Ukek melempar
gasing di permukaan tanah, kemudian gasing ukek ini akan dipukul oleh pemain
yang mati kedua, kemudian gasing urutan kedua ini akan dipukul pemain ketiga
dan seterusnya.
3. Bila gasing yang
dipukul pemain pemukul ini masih berputar dan tidak mati, maka pemain yang
gasingnya masih berputar ini naik peringkatnya.
4. Pemain pemukul
gasing yang mengalami kegagalan dalam memukul mendapat julukan “kebluk”, kebluk
ini biasanya dalam memukulnya tidak mengenai gasing lawan, sehingga hanya
mengenai tanah. Pemukul kebluk ini mendapat hukuman menjadi ukek, artinya
pemain kebluk tidak berhak memukul melainkan hanya melempar gasing untuk
dipukul lawan.
Main panggalan (foto repro kaskus)
Hukum dan aturan main
panggagalan / gasing ini diwariskan turun temurun sejak zaman nenek moyang
sampai sekarang. Penulis kecil dulu juga termasuk maniak panggalan ini, penulis
dahulu sering main panggalan ini biasanya kalau pas bulan ramadhan,
bersama-sama teman satu pesantren, main panggalan ini biasanya setelah sholat
asar sampai menjelang magrib, hitung-hitung nunggu berbuka puasa sambail main
panggalan.
Main panggalan ini tidak
ada waktu atau musim yang pasti, sifatnya hanya musiman, kalau pas musim ya
pada main semua, kalau tidak musim ya bisa bertahun-tahun tidak main panggalan.
Yang perlu diperhatikan dalam main
panggalan ini adalah penonton atau pemain tidak boleh berada dalam posisi di
tempat tempat terpentalnya panggalan ini, sangat dimaklumi bila panggalan yang
terpental akibat dari pukulan lawan ini bisa mengenai pemain atau penonton, maka
disarankan penonton melihat dari kejauhan.
kunjungan baliknya pak : www.azizyzone.blogspot.com
BalasHapus