Catatan kecil perjalanan suci ke Haromain
Bismillah Labbaikallahumma umrota Lahaula walaquwwata illaa billaah |
Hari ke I
Ahad, 11 November 2018 ( Pati - Semarang – Jakarta – Madinah )
Berangkat dari
kediaman pukul 05.00 pagi menuju Bandar udara Ah. Yani Semarang, dari sinilah
catatan kecil Perjalanan Suci ke Haromain aku mulai. Biro yang memberangkatkan
aku adalah BKIW ( Baitullah Kota Intan Wisata ) yang beralamat di Ruko Pos
Pengumben Jl. Raya Pos Pengumben N0, 10 B-A Sukabumi selatan Kebun Jeruk Jakarta Barat 11560. Sponsor
Utama adalah PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Sragen & Grobogan serta
Firma, Ps. Kajen Margoyoso Pati.
Dalam Rombongan ini
diberangkatkan 69 jamaah dengan fasilitas VIP yang dibagi menjadi 6
pemberangkatan dari masing-masing daerah. rombongan dari Jakarta 6 jamaah,
Malang 2 jamaah, Banjarmasin 1 jamaah, Yogjakarta 27 jamaah, Solo 13 jamaah,
dan Semarang 20 jamaah yang kesemuanya berkumpul di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta Cengkareng Banten.
Tepat pukul 15.25
pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA0970 terbang membawaku
menuju Madinah, setelah menempuh penerbangan selama 9 jam 20 menit sampailah
aku mendarat di Bandara King Mohammad bin Abdul Aziz Madinah dengan selamat,
kemudian rombongan diangkut dua bus
menuju hotel setelah proses keimigrasian selesai. Lima belas menit kemudian sampailan aku
dihotel Millenium Al Aqiq Madinah, sebuah hotel bintang lima yang menghadap ke
selatan persis berhadapan dengan pintu masjid Madinah no 17 dua blok dari
pelataran masjid Madinah.
Aku menempati kamar
no. 35 lantai 14, dimana lantai ini
merupakan lantai tertinggi di hotel Millenium Al Aqiq, sehingga bila gording
kamarku aku buka terlihatlah angkasa Madinah dengan menara-menara masjid
Madinah yang menjulang tinggi membelah langit kota Madinah.
Millennium Al Aqiq - hotelku di Madinah Al Munawwaroh |
Foto bersama sebelum menjalani tour kota Madinah |
Hari ke 2
Senin, 12 November 2018 ( Madinah
)
Setelah bangun tidur, sekitar jam 03 dinihari waktu Madinah,
aku bergegas menuju masjid Madinah untuk sholat tahajjut dan sholat subuh,
langkahku dari hotel menuju masjid aku percepat, rasa penasaran yang amat
tinggi ingin menyaksikan masjid Madinah yang selama ini hanya aku lihat di
gambar, televisi dan video tiba-tiba tepat dihadapan mataku. Subhanallaah......
pecah tangisku seketika !, masjid Madinah yang aku lihat pertama kali dalam
hidupku tampak megah, bermenara menjulang tinggi, bermandikan cahaya, serta
berjajar payung-payung raksasa disekitar pelatarannya.
Sambil berlinangan air mata foto pertama Masjid Madinah aku ambil |
Aku terus melangkah memasuki masjid, kususuri lorong masjid
yang beraksitektur modern klasik, berbahan bangunan kelas satu, berpadu dengan
cahaya yang menyinarinya, dilantai berjajar galon-galon air minum zam-zam yang
menyambutku untuk meminumnya, bau harum parfum mawar semerbak lembut dihidungku
,kususuri terus lorong demi lorong masjid Madinah dengan emosi melongo. Belum
habis rasa takjubku, tiba-tiba Roudlah sudah berada di hadapanku, ribuan jamaah
dari berbagai belahan dunia telah memadatinya, roudlah adalah sebuah bangunan
asli pada masa Rosulullah, tidak lebar hanya 144 m2 . ditandai
dengan karpet warna hijau tua, sementara bangunan selain raudlah ditandai
dengan karpet warna merah.
Sampai disini aku masih berada dua shof menuju roudlah, tidak
mudah memang menjangkau roudlah, padatnya jamaah yang membuat antrian panjang
untuk bisa memasukinya, dengan tujuan yang sama sholat di bagian roudlah, aku
terus berdiri sambil berlinangan air mata, menunggu bisa masuk ke roudlah,
dengan terus merangsek sambil sesekali mengusap air mata yang terus menetes.
Perjuanganku berbuah manis, aku diberi tempat sempit separo dari lebar sajadah
orang sholat dari jamaah berkulit hitam berhati putih, aku tersenyum dan sholat
tahajjut sambil menunggu subuh tiba, aku berada tepat disebelah barat dari
kamar Siti Aisyah yang dijadikan makam Rosulullah dan dua sahabatnya Abu Bakar
Assiddiq dan Umar al Faruq Ibnu Khottob.
di Arraudloh Assyarif |
Aku terus memutar tasbih bersholawat, bertahmid, beristighfar
sambir berlinangan air mata yang tak mau berhenti mengalir. Betapa nikmatnya
i’tikaf di roudlah ini, sesekali membayangkan dan melamun, disilah Rosulullah
dulu hidup membangun peradaban Islam, menjadi imam sholat, meletakkan
sendi-sendi beragama, bercengkerama dan bermusyawarah bersama dengan para
sahabat-sahabat tercintanya, mengatur strategi bernegara, menjalani kehidupan
selama 11 tahun di Madinah.
Sampailah kumandang adzan subuh bergema di angkasa Madinah,
tangisku semakin tak terbendung, aku tak mampu lagi menahan emosiku, tangisku
semakin keras, aku tak lagi memperhatikan disekitarku, air mata terus
bercucuran deras mengalir. Kujalani sholat subuh sambil terus menangis,
bacaan imam sholat adalah surat
Arrahman, “ Fabiai alaairobbikumaa tukadzzibaan “ maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan ?, seakan menyindir kita yang lalai dalam bersyukur.
Didepan Babussalam pintu no 1 yang menuju ke makam Nabi |
Sehabis sholat subuh aku berebutan dan berdesakan dengan
ribuan jamaah yang ingin berziarah di makam Nabi Muhammad SAW. ini adalah
ziarah pertamaku di Madinah, bertemu dengan manusia agung, manusia termulya
yang menjadi kekasih Allah. tangisku
pecah lagi saat tepat berada di hadapan pusara Nabi. “ Assalamu’alaikum ya ayyuhan
nabiyyu warohmatullaahi wabarokaatuh, assalamu’alaikum ya Aba Bakar,
assalamu’alaikum ya Umar Al Faruq, assalamualaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
“.
Setelah keluar dari berziarah ke makam Nabi, aku menyusuri
disekitar masjid Madinah, untuk menapak tilas tempat-tempat bersejarah masa
lalu, salah satunya adalah lokasi rumah dari sahabat Nabi Abu Ayyub Al Anshari
, berlokasi kira-kira 50 meter sebelah selatan dari makam Nabi. Abu Ayyub Al
Anshari adalah sahabat Anshor/Madinah yang rumahnya terpilih oleh unta Nabi yang bernama Al Qoswah saat dilepas setelah
Nabi tiba di Madinah dalam perjalanan panjang Hijrah dari Makah ke Madinah,
saat itu unta Nabi ditarik-tarik penduduk Madinah agar Nabi berkenan menginap
dirumahnya, maka diputuskan dimana unta Nabi berhenti, disitu Nabi akan
menginap. Sungguh mujur Abu Ayyub Al Anshari, unta Al-Qoswah Nabi ternyata
berhenti dirumahnya, sehingga Nabi memutuskan menginap dirumah Abu Ayyub Al
Anshari selama 7 bulan, dan selama 7 bulan itu pula pembangunan masjid Madinah
dan rumah Nabi selesai dibangun.
Ditempat aku berdiri ini dahulu bekas reruntuhan rumah Abu Ayyub Al Anshori |
Kemudian tempat unta Nabi berhenti itu kemudian dibangun
masjid Madinah dengan membeli tanah perkebunan kurma milik sepasang yatim
Suhail dan Sahil, tanah itu dibeli oleh Abu Bakar Assiddiq dan diwakafkan untuk
pembangunan Masjid Madinah sampai sekarang. Adapun Abu Ayyub Al Anshari
meninggal dan dimakamkan di Istambul
Turkey saat mengikuti jihad tentara islam dalam rangka penaklukan
constantinopel. Bangunan rumah Abu Ayyub Al Anshari yang berlantai dua itu
kemudian diratakan oleh pemerintah Arab Saudi dalam rangka pelebaran pelataran
pembangunan Masjid Madinah.Tempat kedua yang aku kunjungi adalah bekas makam
Sayyid Abdullah bin Abdul Muntholib ayah kandung Nabi yang meninggal setelah
berdagang dari Syam/Syiria, letaknya kira-kira sepuluh payung dari pintu
Babussalam ke arah barat. Makam ini mengalami nasib yang sama, diratakan oleh
pemerintah Arab Saudi untuk pelebaran pelataran Masjid Madinah.
Perkiraan tempat Makam Sayyid Abdullah yang sekarang jadi pelataran Masjid Madinah |
Tempat ketiga yang
aku kunjungi yang tak kalah menariknya
adalah Pintu Bilal bin Rabah Al Habsi disebelah timur dari pintu jibril, Bilal
bin Rabah adalah budak berkulit hitam dari Habasyah/Ethiopia milik dari tokoh kafir
quraisy Makah bernama Umayyah, Umayyah menyiksanya disiang bolong, tubuhnya
ditelentangkan dan diikat dipadang pasir yang panas, dicambuk berkali-kali
sampai Umayyah tak kuat lagi menyambuknya, tubuhnya ditindih dengan batu besar,
sehingga berdarah darah, karena Bilal masuk Islam dari Ammar bin Yassir.
Kemudian Bilal ditebus oleh AbuBakar dengan 400 dinar dan dimerdekakan. Bilal
ini kemudian ikut Hijrah di Madinah dan menjadi Muadzzin ( tukang adzan pertama
dalam Islam pada periode Madinah ). Sepeninggal Nabi, Bilal tidak lagi menjadi
muadzzin, ini dikarenakan Bilal tidak mampu lagi mengucapkan lafal adzan “
Ashaduanna Muhammadar rosulullaah “, setiap kali Bilal melafalkan Ashaduanna Muhammadar rosulullaah Bilal selalu menangis teringat
Nabi yang telah tiada. Bilal kemudian berdakwah di syam dan meninggal di
Damasqus Syiria.
Pintu Bilal Bin Rabah Al Habsi dan prasasti pembangunan Masjid Madinah |
Siang harinya setelah sholat dzuhur aku masih meneruskan
penelusuran tempat tempat bersejarah lainnya, diantaranya adalah mengunjungi
masjid Ghamamah ( awan ), dahulu dimasjid ini Nabi sholat minta hujan dan sholat Idul Fitri, masjid Abu Bakar, masjid
Ali, masjid Umar bin Khottob, serta masjid Bilal bin Rabah Al Habsi muadzzin
Nabi. Tak ketinggalan mengunjungi taman Saqifah Bani Saidah disebelah barat
masjid Madinah, Taman Syaqifah bani saidah ini milik keluarga Saidah, dahulu
taman ini menjadi saksi bisu diangkatnya Abu Bakar Assyiddiq sebagai kholifah
pertama sepeninggal Nabi.
Sore harinya sambil menunggu momen ditutupnya payung-payung
raksasa dipelataran masjid Madinah sambil menunggu sholat magrib, aku diundang
oleh orang Madinah yang sore itu membagikan takjil buka puasa sunnah hari senin,
hingga pada malamnya setelah sholat isyak aku dijamu oleh jamaah umrah dari
Nigeria.
Diajak Buka bersama oleh Jamaah dari Madinah |
Dijamu jamaah dari Nigeria |
Hari ke 3
Selasa, 13 November 2018 ( Madinah )
Hari ketiga aku di Madinah, Sehabis sarapan pagi rombongan
jamaah umrah dari PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan dibawa 2 bus menjalani
tour Madinah dan sekitarnya, tujuan pertama adalah mengunjungi Masjid Quba di
desa Quba, berjarak 6 Km sebelah selatan
kota Madinah, Masjid Quba adalah masjid yang dibangun pertama kali oleh Nabi
dalam perjalan hijrah dari Makah ke Madinah. Sebelum masuk kota Madinah Nabi
singgah di Quba pada Senin tanggal 8
Rabiul awal tahun ke 14 kenabian, Nabi singgah di Quba ini selama 4 hari,
senin, selasa, rabu dan kamis. Selama 4 hari itu rosulullah membangun Masjid
Quba dan sholat didalamnya, pada hari jum’at tanggal 12 Rabiul Awal Nabi
meninggalkan Quba dan memasuki gerbang Madinah tepat dihari ulang tahun
kelahiran Nabi. Dipintu gerbang Kota Madinah ini telah diadakan penyambutan
atas kedatangan Nabi yang sangat meriah.
Masjid Quba sekarang telah dibangun megah dengan kubah utama
berjumlah 3 buah dengan menara 4 buah yang cukup menjulang , sholat sunnah dua
rakaat di masjid Quba diganjar dengan pahala umrah. Quba adalah sebuah desa /
wilayah yang subur, disana sini bertebaran kebun-kebun kurma dengan daun yang
melambai-lambai menghijau dengan tandan buah kurma yang menjurai kebawah.
Dimasjid Quba, sebuah masjid yang dibangun Nabi sebelum memasuki kota Madinah saat berhijrah |
Dari masjid Quba
berlanjut ke pasar dan kebun kurma masih dikawasan Madinah, disini dijual aneka
kurma, aneka coklat, kacang Arab, almond dan minyak zaitun. dari pasar dan kebun kurma tour berlanjut ke
Gunung dan Makbaroh Syuhada Uhud, Gunung Uhud yang memiliki panjang sekitar 6
Km ini berjarak sekitar 4 Km sebelah utara dari Kota Madinah, memiliki sejarah
besar dalam perkembangan Islam, dimana di Uhud inilah pernah terjadi peperangan
antara pasukan Islam yang dipimpin Nabi versus pasukan kafir qurays dari Makah.
Disebelah timur dari makbaroh Suhadak Uhud ini terdapat bukit yang bernama
Rumat, yang berarti bukit pemanah.
Aku berusaha menaiki
bukit Rumat atau bukit pemanah ini untuk merasakan sensasi dimana dahulu
sewaktu perang Uhud, di bukit ini ditempatkan 50 pemanah pasukan Islam oleh
Nabi yang bertujuan menghambat maju dari pasukan berkuda pasukan kafir yang
dipimpin oleh Kholid bin Walid, pasukan pemanah dipesani Nabi agar tidak turun
dalam kondisi apapun, menang atau kalah. Saat itu pasukan kafir sudah
kocar-kacir kalah dan meninggalkan harta yang dibawanya, kondisi ini dianggap
perang sudah berakhir. Sehingga pasukan pemanah yang ditempatkan di bukit Rumat
ini justru turun dan mengambil rampasan
perang, padahal saat itu peperangan belum selesai dan pesan Nabi kepada pemanah
agar tidak turun dari bukit tak dihiraukan.
Mendaki Bukit Rumat di Uhud |
Situasi ini
dimanfaatkan oleh pasukan berkuda Kholid bin Walid untuk memutari bukit Rumat
dan memukul balik pasukan Islam dari belakang, situasi semakin kacau, Hamzah
paman Nabi yang sekaligus sebagai salah satu komandan perang Uhud ini gugur
tertombak Wahsi, bahkan Nabi sempat terjengkang
jatuh dikeroyok pasukan kafir Quraiys, dan wajah Nabi terpukul oleh
kapak yang menyebabkan salah satu gigi
Nabi tanggal. Disela-sela hiruk pikuk peperangan ini ada kabar kalau Nabi
gugur, semangat pasukan Islam saat itu langsung turun sehingga menyebabkan
peperangan Uhud ini dimenangkan oleh pihak kafir Qurays.
Dari Uhud tour berlanjut
di masjid Qiblatain, masjid Khomsah di wilayah Khondaq yang dahulu dipakai
medan pertempuran parit yang digagas oleh sahabat Nabi Salman Al Farisi.
Sekembali dari tour
sekitar Madinah, pada sorenya sehabis sholat asyar, aku berziarah dipekuburan
umum Jannatul Baqi disebelah timur Masjid Madinah. Disini dimakam Istri-istri Nabi selain Siti Khotijah
dan Maimunah yang dimakam di Makah, juga dimakam anak-anak Nabi, cucu-cucu
Nabi, Ibu Susuan Nabi Khalimah As-Sya’diyah, kerabat, dan sepuluh ribu lebih
sahabat Nabi. Di pekuburan Jannatul Baqi ini yang paling mencolok adalah
kerumunan peziarah di sekitar makam Utsman bin Affan, kholifah ke 3 sekaligus
menantu Nabi ini makamnya selalu dijaga oleh beberapa askar.
Makam Utsman bin Affan kholifah ke3 sekaligus menantu Nabi di Jannatul Baqi' |
Masjid Ghomamah ( awan ) Nabi sholat ditempat itu untuk minta hujan |
Masjid Abu Bakar |
Masjid Ali bin Abi Thalib |
Di Taman Syaqifah Bani Saidah, disini Abu Bakar Assiddiq diangkat menjadi Kholifah pertama setelah Nabi meninggal |
Hari ke 4
Rabu, 14 November 2018 ( Madinah
– Makah )
Hari ke empat aku di Madinah, sehabis sholat subuh dan
berziarah di Makam Nabi untuk perpisahan, aku sempatkan juga untuk ikut
memakamkan 7 jenazah yang pagi itu akan dimakam di pekuburan Jannatul Baqi.
Jenazah yang di letakkan di bagian maksurah Masjid Madinah digotong ramai-ramai
dibawa di pekuburan Jannatul Baqi untuk dimakamkan, dari sinilah aku tahu bahwa
jenazah yang telah dimasukkan keliang lahat tidak langsung ditutup pakai papan
kayu dan diurug pakai tanah seperti di Indonesia, melainkan jenazah di dempingi
atau di apit oleh bata tanah yang tidak dibakar, barulah jenazah diurug pakai
tanah, kelak setelah sekitar 4 tahunan lobang liang lahat ini digali lagi untuk
pemakaman selanjutnya.
Madinah aku rindu padamu ! |
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, aku harus meninggalkan
Madinah yang sangat aku rindukan. Rasa kangen dekat dengan Nabi harus berakhir
pada pagi ini, setelah sarapan pagi sekitar jam 09 waktu Madinah, rombongan
jamaah umrah dari PT. Japfa Comfeed Indonesia cekout hotel dan mengenakan
pakaian ihrom untuk selanjutnya dibawa dengan 2 bus meninggalkan Madinah.
Gerimis mengiringi saat Madinah aku tinggalkan, aku berusaha untuk berdiri dan
tidak duduk di kursi bus, kupandangi Masjid Madinah dengan payung-payung yang
merekah lebar sambil berlinangan air mata, semakin jauh bus berjalan semakin
jauh Masjid Madinah dan makam Nabi aku tinggalkan, rasanya aku tak ingin
berpisah dengan Nabi, rasanya ingin berlama-lama di Madinah.
Sampailah aku di Masjid Bir Ali di
Dzulhulaifah, sebuah masjid megah yang dipakai batas dan ambil miqot untuk
berihrom. Saat aku sampai di Bir Ali, gerimis yang mengiringiku sejak dari kota
Madinah berangsur mereda, aku tunaikan sholat sunat miqot umrah dan berniat
umrah, masjid yang penuh dengan tanaman kurma hijau merimbun terlihat sangat anggun. Masjid miqot ini
kenapa di beri nama BIR ALI ?, ya karena dahulu Ali bin Abi Tholib yang
sekaligus menantu Nabi diserahi tugas untuk membuat sumur di komplek masjid itu
untuk keperluan miqot umrah dan haji, sehingga masjid miqot di Dzulhulaifah itu
di kenal dengan masjid Bir Ali yang mengandung arti “ sumur Ali “.
Ambil Miqot Umrah di Masjid Bir Ali Zulhulaifah, aku membawa bendera rombongan |
Aku mencoba mencari dan bertanya
keberadaan sumur Ali itu kepada petugas kebersihan masjid, namun jawabannya
sumur itu sudah tidak ada lagi dan dipakai untuk pelebaran masjid Bir Ali .
Setelah meninggalkan masjid Bir Ali
di Dzulhulaifah, rombongan melanjutkan perjalanan menyusuri jalan trans
Madinah-Makah atau yang disebut dengan jalan Hijrah yang sangat lebar, mulus
seperti jalan tol di Indonesia, konon jalan ini dibuat menapak tilasi
perjalanan hijrah Nabi dari Makah ke Madinah. Dikanan kiri aku lihat
gunung-gunung batu yang terjal berderet-deret, diselingi gurun pasir yang tandus
sambil bertalbiah sepanjang jalan trans Madinah-Makah yang berjarak 489,9 Km.
Disepanjang jalan itu aku terus melamun membayangkan susahnya Nabi berhijrah
dari Makah ke Madinah yang saat itu mengendarai unta Al-Qoswah bersama Abu
Bakar Assyiddiq, menembus padang gurun yang panas membakar disiang hari,
menembus dinginnya malam menusuk kulit dan tulang, melewati jalan berbatu yang
terjal, haus dan lapar sepanjang perjalanan, masih harus menghindari para
pengejar dari para kafir Qurays yang sewaktu-waktu mengancam diri Nabi, tak
terasa mengalir air mataku membayangkan perjuangan Nabi yang maha berat itu.
Delapan jam sudah jalan trans Madinah-Makah itu aku lalui
dengan laju bus yang sangat kencang dan beristirahat sekali di rest area,
sampailah dikejauhan menara Abraj Al Bait terlihat mencorong dengan jam
raksasanya berwarna kehijauan membelah angkasa kota Makah, Abraj Al Bait
merupakan gedung tertinggi nomor 3 didunia, ditengah-tengah menjulang menara
Assaah/Jam dengan diapit 6 gedung jangkung yang terdiri dari menara Al Maqom,
Shofa, Marwa, Hajar, Zam-zam, dan Al Qiblat.
Abraj Al Bait icon baru Makah tempat aku menginap di Makah |
Kamarku di Movenpick Hajar Tower Abraj Al Bait |
Bila gording kamarku aku buka, masjid Alharam Makah terlihat kecil dibawahku |
Sajadahku di Makah |
Tepat adzan isyak berkumandang di Masjidil Haram, bus yang
aku tumpangi sampai di pelataran parkir Hotel Abraj Al Bait Makah. Hotel yang
aku tempati adalah Movenpick hotel & residences. Setelah cekin hotel, aku
menempati lantai 29 , dari lantai lobi hotel naik lif 12 lantai berganti lif ke
lantai 17 di Tower Hajar komplek Abraj Al Bait,
dari kamar hotel bila gording aku sibak masjidil haram tampak kecil
dibawah hotelku. Setelah makam malam dan sholat jamak qosor, sekitar jam
sembilan malam waktu Makah prosesi ibadah inti yaitu Umrah aku mulai dengan persiapan
di depan Masjidil Haram.
Aku di plot bagian depan dengan ustat Mukti dari Pamekasan
Madura (petugas / pembimbing selama di Haromain ). Padahal ini adalah
pengalaman pertamaku menjalani towaf, aku didepan bukan karena aku
berpengalaman, melainkan karena posturku tinggi, sehingga syal merah yang aku
pakai bisa dilihat rombongan jamaah lain yang berjumlah 69 orang dibelakangku.
Baitullah kami datang ! |
Hatiku berdebar keras, bercampuraduk, barisan telah ditata
dengan jamaah wanita di tengah dan dipagari jamaah pria di pinggir. Saat pintu
Masjidil Haram aku masuki, dadaku semakin keras berdebar, ingin segera melihat
rumah Allah yang menjadi qiblat bagi umat Islam sedunia, kusuri lorong masuk
masjidil haram, aku turuni tanga demi tangga, sampai akhirnya pelataran tawaf
aku injak kaki, sampai disini pecah tangisku melihat Kakbah didepan mataku,
kupandangi kakbah dengan perasaan takjub yang tiada henti, kalam tasbih terucap
dengan iringan tangis, kulangkahkan kaki mendekat kakbah yang semakin dekat
dari pandanganku, sampailah di sudut rukun hajar aswat aku memulai berihtilam
mencium hajar aswat dari kejauhan, aku terus melangkah dipelataran kakbah
dengan masih tangisan yang terisak, kupanjatkan doa sambil bertowaf memutari
kakbah dengan ribuan jamaah umrah dari berbagai belahan dunia, dengan pakaian
sama, dengan niat yang sama, dengan sama-sama memohon ridlo dari Allah.
Untuk putaran pertama barisan dibelakangku masih utuh,
putaran kedua barisan dibelakangku tinggal separo, putaran ke tiga tinggal enam
jamaah wanita yang masih membuntutiku, sampai akhirnya barisan yang telah
tertata rapi diawalnya kocar-kacir dalam putaran lautan manusia yang sama-sama
memutari rumah suci Allah. Setelah putaran akhir aku keluar dari jalur tawaf
dan melanjutkan sholat sunnah dua rakaat dibelakang maqam Ibrohim, aku berusaha
masuk di alhatim/hijir Ismail meski aku harus berjuang dan berebutan untuk bisa
masuk di alhatim, alhamdulillah aku berhasil masuk dan sholat dua rakaat sampai
dua kali, sampai disini aku terus menangis kupanjatkan do’a tiada henti di
alhatim, aku mencoba mencium kiswah kakbah dengan berebutan jamaah yang lain, kulekatkan bibirku yang
penuh dosa dikiswah kakbah dengan tangisan yang semakin kencang.
Prosesi umrah terus aku lakukan, setelah tawaf dilanjutkan
sa’i di mas’a beserta jamaah yang lain, aku memulai sa’i dari bukit Shafa ke
bukit Marwa yang berjarak kurang lebih 400 meter kali 7 kali putaran dan
berakhir di bukit marwa. Prosesi sa’i ini menapak tilasi peristiwa Hajar dan
bayi Ismail yang kelaparan dan haus di gurun pinggir Kakbah, yang saat itu
telah ditinggal Ibrohim untuk kembali ke Palestina, dimana perbekalan Hajar
telah habis, bahkan air susu Hajar tidak lagi keluar untuk bisa disusu bayi
Ismail, ihtiyar Hajar untuk mencari air dan makanan disekitar Kakbah menemui
jalan buntu, Hajar terus berlari kesana kemari antara bukit Shafa dan Marwa
untuk mendapatkan air, akan tetapi hanya fatamorgana saja yang di perolehnya,
keputusasaan diantara derasnya keringat yang keluar dan panasnya gurun yang
menyengat menambah pilu hati Hajar.
Diatas bukit Marwa pada prosesi Sa'i |
Sampailah keajaiban datang saat kepakan sayab Jibril
berbarengan dengan hentakan kaki mungil bayi Ismail, memancarlah air jernih
secara ajaib, melihat keajaiban didepan mata, Hajar terkesiap kegirangan sambil
berusaha mengumpulkan air dengan terucap “ zami-zami ! “ yang berarti “
kumpulah kumpulah !”, dari kata zami-zami inilah istilah zam-zam berasal.
Alhamdulillah sekitar jam 11.30 malam waktu Makah prosesi umrah yang pertama
selesai dan aku beserta jamaah yang lain tidur di hotel setelah bertahallul /
bercukur.
Hari ke 5
Kamis, 15 November 2018 ( Makah
)
Hari kelima aku di
haromain atau hari kedua di Makah, setelah solat subuh dan tawaf, sekitar jam delapan pagi waktu makah aku
menjalani tour kota Makah, namun rencana ini berubah mengingat Bapak Singgih
asal Yogjakarta selaku pemilik Biro Travel Baitullah Kota Intan Wisata yang
menyertakan rombongan umrah PT. Japfa Comfeed Indonesia ini ingin mencoba
mengambil lokasi wisata yang baru, maka diputuskanlah kota Thaif sebagai
lokasi tour.
Thaif adalah kota
berjarak kurang lebih 64 Km sebelah timur dari kota Makah, Thaif adalah sebuah
kota diatas ketinggian pegunungan, berhawa sejuk sekitar 12 derajat celcius
seperti kota malang kalau di Indonesia, tanahnya subur, dikanan kiri banyak
perkebunan sayur mayur, buah-buahan tumbuh dengan suburnya, kurma, jeruk, buah
kaktus, berry, anggur, delima, tien dan lainnya banyak ditemukan disini. Tidak
hanya sayur dan buah-buahan, Thaif dikenal sebagai penghasil mawar terbaik di
Arab Saudi yang memasok mawar untuk kebutuhan bunga potong dan disuling untuk
pembuatan kosmetik dan parfum.
Digerbang kota Thaif disamping masjid dan makam Abdullah bin Abbas, sepupu Nabi yang kelak melahirkan Dinasti kekhalifahan Abbasiyah |
Saat tiba di kota
Thaif kabut tebal dan gerimis menyambutku, kelokan jalan yang berliku-liku,
serta hembusan angin yang dingin menerpa perjalanan bus yang aku tumpangi, di
kanan kiri jalan tumbuh dan berdiri berbagai hotel, villa dan penginapan,
tempat–tempat hiburan dapat dijumpai sepanjang jalan di Thaif, istana kerajaan juga ada. Pendek kata Thoif adalah
kota hiburan dan peristirahatan bagi orang berduit di Arab Saudi, malam sabtu
dan ahad adalah hari libur kerja dan menjadi puncak keramaian di Thaif.
Obyek pertama yang aku
kunjungi adalah Masjid dan Makam Abdullah Ibnu Abbas, Abdullah Ibnu Abbas
adalah anak dari paman Nabi Abbas bin Abdul Mutholib, jadi masih sepupu Nabi.
Abdullah Ibnu Abbas dikenal sebagai ahli hadits dan perawi Hadits, dari
merekalah nantinya melahirkan raja-raja penguasa dari kekhalifahan Bani Abbas.
Abdullah Ibnu Abbas meninggal dalam
rangka misi dakwah ke Thaif dan dimakam di kompleks pemakaman umum di Thaif.
Thaif pernah mencatat
dan meninggalkan kenangan memilukan perjalanan dakwah Nabi pada tahun 10
kenabian. Saat itu istri Nabi tercinta Siti Khotijah meninggal dalam
pengasingan kafir qurays, serta tak lama paman Nabi Abu Thalib yang sejak Nabi
kecil selalu membela Nabi juga turut meninggal, dengan meninggalnya istri dan
paman Nabi, tekanan dan ancaman kafir Qurays kepada Nabi semakin gencar
dilakukan. Kesedihan yang amat sangat dirasakan Nabi ini dikenal dalam sejarah
Islam dengan sebutan Amul Husni atau tahun kesedihan.
Suatu ketika Nabi
bersama anak angkatnya Zaid bin Harisah diam-diam melakukan misi rahasia ke
Thaif untuk meminta perlindungan dari salah satu suku dan berdakwah ke Thaif,
akan tetapi misi rahasia ini rupanya bocor ke telingan Abu Jahal cs, sehingga
Abu Jahal cs mengirim utusan ke Thaif mendahului Nabi, mereka meminta agar
menolak kedatangan dan ajakan Nabi.
Sangat dimaklumi saat itu Nabi beserta Zaid bin Harisah mengadakan
perjalanan ke Thaif dengan berjalan kaki, sehingga Makah dan Thaif ditempuh
lima hari jalan kaki, terbukti memang kedatangan Nabi ke Thaif bukan sambutan
ramah yang diterima, melainkan penolakan
dan cercaan, bahkan yang lebih sadis adalah saat Nabi dan Zaid bin Harisah
harus menerima lemparan dan hujan batu ditubuhnya, Nabi dan Zaid tak ada jalan
lain melainkan harus lari terbirit-birit menghindari lemparan batu penduduk
Thaif.
Sampai akhirnya Nabi
dan Zaid beristirahat disalah satu kebun anggur milik Rabiah, disini Nabi
memanjatkan doa nelangsa kepada Allah tentang beratnya misi dakwah yang dialami
Nabi, akhirnya doa Nabi terjawab dengan hadirnya Jibril di hadapan Nabi, Jibril
menawarkan bantuan untuk memerintahkan malaikat penjaga dua gunung untuk di
timpakan kepada penduduk Thaif, namun Nabi justru melarang dengan alasan salah satu dari keturunan penduduk Thaif
nantinya akan ada yang berislam.
Nabi kemudian
merebahkan tubuhnya yang masih sakit berdarah-darah dengan tiduran diatas siku
tangan, tiba-tiba batu yang di jadikan landasan siku Nabi itu ambles. Tempat
amblesnya batu ini sekarang dibangun masjid berukuran sekitar 4 x 4 meter,
masjid itu diberi nama masjid Kou’, yang artinya siku tangan. Masjid Kou’ hanya
berupa tembok dari batu yang ditata dengan adukan semen, saat aku tiba disana
masjid itu sengaja dibiarkan oleh pemerintah Arab Saudi dengan kondisinya yang
tak terawat dan atapnya sudah banyak yang ambrol , berdiri dipinggir jalan raya
dan berada ditepi gunung batu yang terjal. Masjid ini memang berada di pinggir
areal kebun anggur.
Gerak-gerik Nabi dan
Zaid rupanya diperhatikan dua anak Rabiah yang beragama nasrani, mereka kasihan
melihat kondisi Nabi, maka kedua anak Rabiah ini mengutus pembantunya yang bernama
Addas untuk memberi setandan buah anggur dan diberikan oleh Nabi. Saat Nabi
memakan dan mengucap “ Bismillah “ inilah yang menyebabkan Addas terperanjat,
kata Bismillah ini pernah Addas dengar dari cerita pendeta yang pernah
menceritakan kalau akan ada Nabi penutup zaman. Dari perkenalan Addas
dengan Nabi yang membuat Addas akhirnya masuk Islam,
Ditengah kebun anggur ini sekarang berdiri
masjid yang cukup terawat dengan baik, bernama Masjid Addas yang mengabadikan
nama Addas sebagai penolong Nabi .
Makan nasi kebuli dujjaj di resto Thaif |
Di Thaif ini rombongan
mampir di resto nasi mandi lauk ayam
bakar dan kepala kambing utuh dengan aroma khas timur tengah. Belanja
buah-buahan di kawasan center point atau tempat tertinggi di Thaif sambil
sesekali mencicipi buah kaktus dan jus buah gratis, dicenter point ini pula
tercatat sebagai wilayah terdingin di Arab Saudi, sehingga seluruh rombongan
jamaah umrah ini menggigil kedinginan.
Nasi Mandi made in Thaif |
Juga mampir di salah satu perusahaan
penyulingan mawar di Thaif, hasil penyulingan mawar ini selanjutnya dikirim ke
Makah dan Madinah untuk keperluan pembuatan parfum dan prosesi pengharuman masjid Haromain
Mampir ke perusahaan penyulingan mawar di Thaif |
Beli buah dipasar buah Al hada Centerpoint Thaif |
View diketinggian kota Thaif yang dinginnya minta ampun ! |
Dari pabrik penyulingan mawar di Thaif inilah, kiswah Kakbah dan masjid haromain harum semerbak |
Hari ke 6
Jum’at, 16 November 2018 ( Makah
)
Hari ke enam aku di
Haromain atau hari ke tiga di Makah, tidak ada jadwal tour ke luar Makah. Maka
aku sempatkan untuk persiapan sholat jum’at seawal mungkin. Sholat jum’at ini merupakan teristimewa
sepanjang hidupku, ya... sholat jum’at di Masjidil Haram. Aku tengok jam
raksasa dipuncak Abraj Al-Bait tempat aku menginap, Waktu saat itu baru jam 08.20 waktu Makah, aku gunakan
untuk berziarah di tempat-tempat bersejarah di sekitar Masjidil Haram.
Taman di sekitar Markas urusan Air Zam zam di Kuday Makah |
Obyek yang aku
kunjungi pertama adalah perkampungan Al
Ajyad, kampung itu dahulu merupakan sebuah gunung batu yang dipakai menggembala
kambing Nabi, sekarang kondisinya berubah menjadi kota metropolis dengan
gedung-gedung jangkung perhotelan, bahkan gunung batu yang dipakai untuk
menggembala kambing Nabi inipun sekarang sudah dikepras habis dan diatasnya
dibangun Abraj Al-Bait yang merupakan bangunan tertinggi di Makah.
Obyek selanjutnya
adalah rumah kelahiran Nabi ( Maulidun Nabi ), kebetulan saat aku umrah ini pas
awal bulan Rabiul awal, itung-itung muludan di Makah. Rumah kelahiran Nabi ini
sebenarnya dahulunya adalah rumah paman Nabi yaitu Abi Thalib, di rumah ini 50
hari setelah penyerbuan Abrahah dengan pasukan gajahnya, Sayyidah Aminah senin tanggal 12 Rabiul Awal
/ 22 April 571 M melahirkan sendirian bayi Muhammad tanpa ada pendampingnya,
konon menurut jumhur ulama, bayi Muhammad lahir dibidani bidadari dari syurga,
dan terlahir bukan lewat farji Aminah, melainkan dari pembedahan perut Aminah
oleh bidadari, meski demikian Aminah menuturkan saat melahirkan bayi Muhammad
tidak merasa sakit seperti sakitnya melahirkan pada umumnya. Muhammad terlahir
dalam kondisi bersujud, bercelak, sudah berkhitan, tubuhnya bercahaya, berbau
harum, dan rambutnya rapi hitam legam.
Perpustakaan Makah Al Mukarromah yang dulu merupakan rumah Abu Thalib tempat Sayyidah Aminah melahirkan Nabi Penutup Zaman |
Rumah Abi Thalib yang
dipakai Sayyidah Aminah melahirkan bayi Muhammad sekarang telah berubah menjadi
bangunan Perpustakaan Makah Al-Mukarromah, terletak sebelah timur laut dari
mas’a atau Masjidil Haram, menghadap ke arah selatan. Saat aku tiba disana
perpustakaan sedang tutup / libur, hari jumat merupakan hari libur di Arab
Saudi.
Dari rumah kelahiran
Nabi, berjarak sekitar 200 meter kearah barat terdapat gedung toilet terbesar
di komplek Masjidil Haram, dimana toilet ini berada dahulunya merupakan rumah
dari pada Siti Khotijah yang membangun rumah tangga dengan Nabi, disini pula
Fatimah Azzahra Al-Kubro lahir, saat aku tiba disini perasaan sedih dan nelangsa
langsung menyeruak di hati, bagaimana tidak !, rumah bersejarah Nabi sekarang
harus berubah menjadi tempat kencing dan tempat wudlu. Disampaing toilet ini
terdapat kantor pusat perusahaan kontraktor Bin Laden group.
Saat aku keasyikan
mengunjungi rumah Nabi, waktu sudah
menunjukkan pukul 09 waktu Makah, maka aku putuskan untuk segera memasuki
Masjidil Haram untuk mengikuti sholat jum’at seawal mungkin, namun sesampai di
dalam Masjdidl Haram lautan manusia telah memenuhi dan menyemut di pelataran tawaf,
penuh sesak, aku akhirnya harus rela menempati Masjidil Haram di lantai 3 yang
masih agak kosong. Aku berusaha mencari view dan spot pengambilan foto yang
berhadapan langsung dengan pintu kakbah, aku ingin melihat secara langsung
pelaksanaan sholat jum’at di Masjidil Haram.
Kakbah aku foto dari lantai 3 menjelang shalat jum'at |
Aku perhatikan terus
waktu demi waktu, aku ingin melihat dimana letak mimbar dan posisi imam waktu
sholat jum’at. Sampai akhirnya aku menyaksikan mimbar yang didorong para askar
dari masjid ke pelataran kakbah, juga payung lebar berwarna putih 3 buah, lebih
tepatnya dimasukkan didalam Al-Hatim atau Hijir Ismail, oh ternyata khotib dan
imam dalam pelaksanaan sholat jum’at di Masjidil Haram ada di dalam Al-Hatim.
Hari ke 7
Sabtu, 17 November 2018 ( Makah )
Hari ke tujuh aku di Haromain atau hari ke empat di Makah,
sesuai jadwal hari ini digunakan untuk wisata kota Makah, terutama di lokasi
prosesi Haji ( Arofah, Muzdalifah dan Mina ). Obyek yang aku kunjungi pertama
adalah Kantor Departemen Geologi dan divisi air zam-zam Kerajaan Arab Saudi di
Kuday, sebuah wilayah disebelah tenggara sekitar 3 Km dari kota Makah. Disini
semua urusan air zam-zam dikendalikan, mulai memompa zam-zam, mendistribusikan,
mengemas dalam botol, menyimpan dalam gudang untuk persiapan oleh-oleh umrah
dan haji, laboratorium, dan pangkalan truk tangki yang membawa zam-zam ke
Masjid Nabi di Madinah. Gedung dan pabriknya modern, bahkan penjualan air
zam-zam dalam kemasan sudah dilayani secara otomatis.
Sumur zam-zam yang berada sekitar 21 meter disebelah tenggara
kakbah sekarang telah ditutup dan tidak bisa di akses oleh jamaah, bahkan tanda
lingkaran di pelataran tawafpun sekarang telah dihapus.
Obyek kedua adalah Arofah, Arofah adalah sebuah padang luas
yang digunakan pada saat puncak Haji atau wuquf. Terdapat bukit Rohmah yang
ditengah-tengahnya berdiri memorial bertemunya Adam dan Hawa yang terpisah
sekitar 300 tahun lamanya. Bukit cinta itu sangat ramai dikunjungi para
peziarah yang menapak tilasi perjuangan hidup di bumi setelah terlempar dari
syurga akibat memakan buah khuldi di surga.
Bukit Rohmat, bukit lambang keabadian cinta Adam dan Hawa setelah terlempar dari syurga akibat dosa memakan buah huldi |
Di bukit Rohmah sekarang telah dibangun tangga untuk
mempermudah jamaah yang mendaki di puncaknya, dari puncak ini aku menyaksikan
padang arofah yang semakin menghijau, dan disebelah barat yang berbatasan
dengan muzdalifah berdiri sangat anggun masjid Namiroh dengan menara-menaranya
yang menjulang tinggi, disini pula aku panjatkan doa untuk keselamatan rumah
tanggaku.
Arofah meninggalkan jejak kenangan indah dari Presiden
pertama Indonesia Ir. Soekarno, Soekarno lah yang mengusulkan penghijauan di
Arofah. Hingga saat ini penghijauan itu telah tumbuh merimbun. Untuk mengenang
jasa Soekarno itu , pohon penghijauan di Arofah dikenal dengan nama Sajaroh
Soekarno atau Pohon Soekarno. Setelah
aku dekati pohon Soekarno ternyata berjenis Nimba, Akasia dan Waru.
Kupandangi Arafah yang semakin hijau dengan tanaman/sajaroh Soekarno dari atas bukit Rahmat |
Tugu memorial di bukit Ismail saat disembelihnya Ismail dalam peristiwa Qurban |
Perkambungan haji Indonesia di Mina |
Jembatan Jamarat berdiri tegak 5 lantai di Mina |
Di perbatasan antara
Mina dan Muzdalifah aku meminta pak sopir untuk melambatkan laju bus yang aku
tumpangi, aku ingin melihat sebuah lembah yang diberi nama Lembah Muhassir, rupanya lembah ini sekarang menjadi Mina baru/Mina
jadid ( sebuah kawasan perluasan Mina ) , di lembah ini dahulu pernah terjadi azab besar Allah kepada
Abrahah dan bala tentaranya.
Alkisah ...
peristiwa ini bermula dari rasa iri dan terpesonanya Abrahah raja dari Yaman
terhadap kota Makah yang terdapat Kakbah di tengahnya, Makah dan Kakbah menjadi
jujukan para pelancong dan kafilah dagang dari berbagai belahan dunia, selain
berdagang, pendatang biasanya bertawaf mengelilingi Kakbah, sehingga Makah
menjadi kota penting dan maju. Inilah yang menyebabkan Abrahah membangun kuil
tandingan si San’a Yaman, bahkan bangunan kuilnya begitu mewah melebihi
bangunan Kakbah di Makah, namun kuil bangunan Abrahah ini sepi dari peziarah,
bahkan pada suatu malam kuil Abrahah dipakai buang hajat dan berzina oleh orang
Makah, tragisnya peristiwa ini disaksikan orang Yaman yang kemudian lapor
kepada Abrahah.
Murkalah Abrahah
mendengar penghinaan ini, sehingga Abrahah memutuskan akan menghancurkan Kakbah
dan Makah. Abrahah kemudian menyiapkan ribuan pasukan tempur dengan menaiki
gajah-gajah terlatih berjalan dari Yaman ke Makah. Sampailah pasukan Abrahah
ini memasuki wilayah Makah, di tengah jalan pasukan Abrahah ini merampas
seratus unta milik Abdul Muntholib ( kakek Nabi ) yang digembalakan oleh
pembantunya. Perampasan ini akhirnya dilaporkan pembantu ke Abdul Muntholib
yang sedang berdiam didalam Kakbah.
Abdul Muntholib
kemudian menemui Abrahah di perkemahannya, terjadilah dialog antara Abdul
Muntholib dan Abrahah, Abdul Muntholib berusaha meminta kembali seratus
untanya, namun justru Abrahah malah berkata “ mengapa engkau malah mengurusi untamu ? sementara aku akan
menghancurkan Kakbah dan Makahmu ! “, Abdul Muntholib kemudian
menjawab “ unta adalah milikku, sementara Kakbah adalah milik Allah, biarlah Allah
yang mengurusinya ! “ . dari dialog ini Abdul Muntholib berhasil membawa
kembali seratus untanya, dan sesampai di Makah Abdul Muntholib menyuruh seluruh
penduduk Makah untuk segera mengungsi ke gunung sekitar Makah menghindar dari
amukan Abrahah.
Singkat cerita
sampailah pasukan Abrahah di lembah Muhassir, tiba-tiba semua gajah yang dibawa
Abrahah mogok berjalan, kalau di hadapkan ke utara, ke timur dan ke selatan
gajah-gajah mau berjalan, akan tetapi bila dihadapkan ke barat kearah Makah
gajah-gajah kembali mogok berjalan, belum hilang rasa herannya terhadap
gajah-gajah yang mogok berjalan, tiba-tiba di langit terjadi mendung yang pekat
menghitam, mendung ini bukan mendung hujan, melainkan mendung dari ribuan
burung Ababil yang masing-masing membawa tiga buah batu kerikil yang membara
dari neraka, batu-batu yang dibawa Ababil juga membawa virus mematikan, ababil
membawa batu dengan paruh dan kedua kakinya, batu-batu itu kemudian dijatuhkan
ke pasukan Abrahah, pasukan bergajah yang disebut sebut sebagai pasukan kuat
dan terpilih hancur lebur porak poranda seperti dikisahkan dalam Quran surat
Al-Fil. Abrahah sendiri dan beberapa pendampingnya lolos dari amukan ababil,
berhasil pulang ke San’a Yaman, namun diperjalanan Abrahah sudah terjangkiti
virus mematikan dari batu yang dibawa ababil, sehingga bagian tubuh Abrahah
satu persatu putus akibat penyakit lepra/kusta
yang dideritanya, sampailah Abrahah tiba di Yaman dalam kondisi perutnya
menggelembung dan pecah berhamburan di depan rakyatnya. Sungguh pantas akibat
kesombongannya yang ingin menghancurkan rumah suci Kakbah.
Sehabis menghabisi
pasukan Abrahah di lembah Muhassir, rombongan Ababil kemudian berarak
mengelilingi kakbah 7 kali bertawaf dan menghilang diufuk. Lima puluh hari dari
peristiwa ini, pada hari Senin 12 Rabiul Awal 571 M, lahirlah Nabi manusia
suci di kota Makah, maka tahun kelahiran
Nabi dikenal dengan sebutan tahun gajah yang dinisbatkan pada peristiwa
hancurnya pasukan bergajah Abrahah.
Dari kawasan armina
rombongan tour melewati Gunung Nur yang terdapat gua hira, untuk bisa sampai di
gua hira dibutuhkan dua jam berjalan mendaki dan dua jam turun gunung, maka
diputuskan rombongan melanjutkan perjalanan, dan sampailah di Ji’ronah yang
terdapat masjid untuk mengambil miqot dan niat umrah. Dari ji’ronah inilah
umrah kedua aku niatkan dan aku hadiahkan untuk almarhum ayahanda tercinta.
Ambil miqot di Ji'ronah untuk melaksanakan umrah ke 2 |
Hari ke 8
Ahad, 18 November 2018 ( Makah
)
Hari kedelapan aku di Haromain atau hari terakhirku di Makah,
sesuai jadwal sehabis sholat subuh dilanjutkan tawaf wada atau tawaf perpisahan.
Ini adalah momen yang paling tersedih selama aku diharomain, bagaimana tidak
sebentar lagi akan meninggalkan haromain, meninggalkan kakbah pusat konsentrasi
umat Islam sedunia. Kupandangi kakbah sambil tawaf, sehabis tawaf kakbah masih
aku pandangi seakan tak berkedip, hampir satu jam lamanya sambil bertangisan,
berangkulan dengan sesama jamaah satu group, memanjatkan doa, memanggil semua
keluarga dan handai tolan ditanah air untuk segera menerima fadzol agar
dipanggil Allah ke Haromain.
Sedih bercampur haru biru,
pelan tapi pasti aku harus segera meninggalkan kakbah dan haromain,
kupandangi kakbah sambil berjalan menepi dari pelataran tawaf, kakbah semakin
jauh aku tinggalkan, kunaiki tangga masjid satu demi satu, kutatap lagi kakbah
seakan tak mau berpisah, kutinggalkan pelataran tawaf sambil terisak, aku terus
melangkah dan berbelok, sampai disini tangisku semakin kencang saat kakbah tak
lagi aku lihat, kakbah hilang dari pandangan mataku. Aku susuri jalan menuju
hotel dengan terus terisak.
Tawaf Wada sambil bertangisan |
Tepat jam delapan pagi waktu Makah, setelah sarapan pagi,
Makah aku tinggalkan dengan sejuta kisah yang terukir indah dalam hidupku,
kupandangi menara-menara masjidil haram yang semakin jauh aku tinggalkan, bus
yang membawaku ke Jeddah semakin kencang lajunya.
Satu jam kemudian aku memasuki kota Jeddah, kota paling
modern di negara Saudi Arabia, kota yang digadang-gadang sebagai pusat ekonomi
Saudi, gedung-gedung jangkung dengan arsitek futuristik menghiasi dikanan kiri
jalan jalan di Jeddah, kota yang berada di bibir pantai Laut Merah ini
menawarkan pemandangan yang lain, tertata cukup apik dengan taman-taman indah,
patung-patung dan monumen berjajar menghiasi kota pantai ini. Di kota ini
terdapat makam ibu dari manusia di dunia yaitu Siti Hawa, meski saat ini kondisi
makam sudah ditutup bagi peziarah oleh kerajaan Saudi, namun peziarah dari
berbagai dunia tetap datang disini sekedar mendoakan Siti Hawa dibalik pagar
yang tinggi. Nama Jeddah diambil dari kata Jaddatun yang berarti nenek, karena
Hawa merupakan nenek dari semua manusia didunia.
dibalik tembok kuning itulah Hawa dimakamkan |
Rombongan tour terus melanjutkan perjalanan dan mampir di
masjid Jaffali atau yang lebih populer disebut Masjid Qisos, karena di masjid
ini hukuman mati pancung / qisos dilaksanakan, terletak dipinggir danau air
asin yang menghubungkan dengan laut merah, didepan masjid qisos terdapat tenda
putih permanen persegi empat dengan lebar 5x5 m, dibawah tenda ini hukuman
pancung biasanya dilaksanakan setelah sholat jum’at.
Menurut Ustad Anta Maulana ( petugas yang mendampingiku selama di Haromain ) mengisahkan,
terpidana mati biasanya dipakaikan baju putih dan kepalanya dikerodongi dengan
kerodong kain putih juga, kedua tangannya terikat di punggung, posisi terpidana
didudukkan dengan posisi setengah berjongkok, setelah itu terpidana mati didoakan
bersama-sama oleh para jamaah sholat jumat yang turut menyaksikan jalannya
hukuman pancung, kebanyakan dari penduduk Jeddah itu sendiri.
Masjid Jafali atau lebih populer masjid Qisos di Jeddah |
Komandan eksekusi kemudian memberi aba-aba, algojo sambil
menghunus pedang memasuki tenda dan memutari terpidana mati, memutari ini
dimaksudkan untuk menghilangkan perasaan was-was terpidana mati, sampai
akhirnya sekali pedang terayun oleh algojo putuslah leher terpidana mati,
pekikan Allahu Akbar membahana dari penonton, setelah itu ditepuki tangan
beramai-ramai. Mengapa ditepuki tangan ?, menurut penonton yang kebanyakan dari
penduduk Jeddah beranggapan bahwa negaranya telah melaksanakan hukum dengan
adil. Setelah itu terpidana mati dimasukkan peti mati dan dibawa ambulans
kerumah sakit untuk keperluan visum, menjahit leher, memandikan, dan mengubur.
Dari Masjid Qisos berlanjut di pusat perbelanjaan dan
oleh-oleh di Balad Cornice Jeddah, disini terdapat toko-toko yang menjual
berbagai oleh-oleh haji dan umrah, boleh memakai mata uang di berbagai negara dalam bertransaksi, disini
pula jamaah umrah rombonganku menghabiskan real dan rupiahnya memborong
oleh-oleh. Di Balad Cornice ini rombongan makan siang di restourant “ Wong Solo
“, resto yang konon milik orang jawa ini menyediakan aneka menu Indonesia,
semacam kulub-kuluban, tempe tahu goreng, sambal trasi, sop bening brokoli,
ayam panggang, dan aneka lalapan mulai petai, jengkol dll. Di resto Wong Solo
ini terasa sekali ke jawaannya, bahasa yang digunakan para pramu sajinya dengan
bahasa jawa, dan selama di Haromain ,baru kali ini makan dengan sangat lahap
sekali.
Dari Balad Cornice rombongan melanjutkan perjalanan menuju
bandara Jeddah, sesampainya di bandara Jeddah kami berpisah dengan Ustat Anta
Maulana dan Mas Khafid petugas yang
membantu rombongan selama di Haromain, keduanya adalah orang Indonesia yang
bermukin di Arab Saudi, kami di kasih lagi oleh-oleh ayam goreng terbaik di
Saudi dan terlaris di dunia Al-Baik dari BKIW Tour & Travel.
Albaik salah satu ayam goreng terlaris didunia, setiap 1 pak yang dibeli, 2 realnya disodaqohkan untuk Masjid Haromain |
Bandara Jeddah yang dipakai pintu masuk dan keluar jamaah
Haji dan Umrah dari berbagai belahan dunia ini kondisinya udah butut dan kurang
sentuhan seni, infrastrukturnya sudah ketinggalan jaman, sangat jauh tertinggal
bila dibandingkan dengan bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, air zam-zam yang
aku bawa 4 botol dari Madinah begitu
gampangnya lolos dari scan metal, bahkan pemeriksaan bagasi dan tas sangat
longgar sekali.
Antrean pemeriksaan keimigrasian di Bandara Jeddah |
Setelah sholat jamak qosor, pemeriksaan paspor, menunggu di
appron, rombongan akhirnya pada pukul 09 malam waktu jeddah, setelah tertunda
selama satu setengah jam pesawat Garuda Indonesia no penerbangan GA981 take of
dengan mulusnya terbang meninggalkan landasan pacu untuk kembali ke tanah air.
Menu sarapanku di Millennium Al Aqiq Madinah |
Menu makanan selama di Madinah dan Makah |
Hari ke 9
Senin, 19 November 2018 ( Jakarta
– Semarang – Pati )
Setelah menempuh penerbangan sepuluh jam lebih, Pesawat
Garuda Indonesia yang aku tumpangi pada
pukul sembilan pagi mendarat mulus di
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, yang selanjutnya pada pukul 12,55 WIB
pesawat Garuda Indonesia dengan no penerbangan GA238 membawaku terbang ke
Semarang setelah acara sambut pisah rombongan yang berasal dari group Semarang
di bandara Soeta.
Alhamdulillah setelah terbang kurang lebih 40 menit pesawat
yang membawaku dari Jakarta mendarat dengan selamat di Bandara Ah. Yani
Semarang, aku selamat sampai rumah setelah isyak senin 19 November 2018 yang
bertepatan malam Maulidun Nabi 12 Rabiul Awal 1440 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar