Ketemu dan mencium Rhoma Irama setelah
38 tahun mengidolakan
Siapa
sih seantero negeri ini yang tak kenal dengan Rhoma Irama ? sang maestro
dangdut ini adalah jawaranya. Tak satupun dalam show dangdut yang melewatkan
lagu-lagu ciptaan Rhoma Irama, Tak terkecuali penulis sendiri. Penulis mengenal
sosok Rhoma Irama dikala penulis masih ana-anak sekitar tahun 1975 nan. Saat
itu penulis masih duduk di kursi Taman kanak-kanak, dan seperti pada umumnya
anak-anak jaman itu yang sering main-main disawah mencari belut dan mandi di
sungai, karena belum ada mainan seperti anak jaman modern seperti sekarang ini.
Sambil bermain, nun jauh disana mengalun suara merdu lagu Rhoma Irama dan
pasangan abadinya Elvy Sukaesih dari loud speaker merek Toa dan tape tepak “bata” merek Philips. Dapat di tebak
suara lagu dari loud speaker itu berasal dari rumah yang kebetulan punya hajat,
baik yang ngunduh mantu atau khitanan.
foto kuno bang haji Rhoma Irama dengan pasangan abadinya Elvy Sukaesih
Belum
banyak kala itu yang mempunyai loud speaker dan tape tepak tersebut, mendengar
lagu-lagu Rhoma Irama dan lainnya hanya bisa di dengar dari orang punya hajatan
dan dari radio milik orang-orang kaya saja. Meski demikian penulis kala itu
sudah sangat hafal lagu-lagu Rhoma Irama dan pasangan abadinya Elvy Sukaesih,
dan sedikit banyak sudah mengidolakan sosok Rhoma Irama dari foto yang
terpampang di sampul kaset dan poster-poster yang dijual eceran dipinggir
emperan pasar Bulumanis.
Rhoma
Irama merupakan sosok idola remaja jadul seperti penulis kala itu, dari
bermusik, gaya pacaran sampai model pakaian mengiblat pada sosok Rhoma Irama. Karena di
era 70 an belum banyak figur artis yang sepopuler Rhoma Irama dengan beberapa
film-film musikalnya yang selalu masuk box office disetiap gedung-gedung film
yang memutar filmnya.
Hingga
saat ini penulis diusia 44 tahun masih tetap mengidolakan Rhoma Irama dengan
jalan mengoleksi semua album dari yang album single sebelum Soneta Group lahir
sampai album Soneta Group dari volume 1 sampai volume 16 dari album Sountrack Film Penasaran sampai
Sajadah Kakbah, dan film-filmnya masih sering penulis lihat dari koleksi VCD
maupun dari jejaring sosial You Tube.
Ketemu Rhoma Irama
secara tak sengaja
Senin 21 Oktober 2013, seperti hari-hari biasanya kalau tidak
bertugas mengajar paling menyelesaikan tugas sebagai tata usaha di kantor
sekolah, pada pukul 11.20 WIB ada khabar yang masuk di telinga penulis kalau
ada kunjungan Rhoma Irama dan Menteri Pembangunan daerah tertinggal di Sekolah Tinggi Agama
Islam Mathaliul Falah ( STAIMAFA ) Kajen Margoyoso Pati. Tanpa pikir panjang
lansung menyambar kamera di almari dan memburu berita tersebut di STAIMAFA.
Tanpa undangan resmi penulis langsung masuk di auditorium Staimafa, dan memang
benar di panggung kehormatan telah duduk H. Abdul Ghaffarozin, M.Ed ( ketua Staimafa ), Dr. Ir. H. Helmy
Faishal Zaini ( Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ) dan bang Haji Rhoma
Irama sendiri.
Inilah pandangan pertama penulis
menatap sang idola dalam kenyataan, dan bukan di layar televisi maupun layar
film yang sering penulis lihat. Degub jantung penulis semakin keras berbarengan
dengan bebarapa jepretan kamera penulis yang diarahkan pada sosok sang idola.
Karena letak penulis yang jauh dari panggung kehormatan, akhirnya penulis
putuskan keluar dari auditorium dan masuk melalui pintu VIP yang tanpa
penjagaan. Dan alhamdulillah penulis ternyata mendapati deretan kursi kosong di
barisan tamu VIP yang letaknya dua baris dari kursi pertama. Duduk bersama
bupati Jepara dan petinggi dari PAMMI ( Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia
), serta pengawal bang haji sendiri yang penulis kenali dari logo Pam
Fata serta SR ( Soneta Record ).
Kesempatan ini tentu sangat menggembirakan mengingat semakin dekat penulis
dengan sang idola dan hanya berjarak sekitar 3 meter dari penulis.
Dalam acara talkshow ini menteri
Pembangunan Daerah Tertinggal menyampaikan orasinya tentang perlunya
keterlibatan PTAIS dalam memberdayakan masyarakat tertinggal, khususnya
membudidayakan tanaman pangan pada lahan tidur yang sebelumnya belum diolah
secara maksimal. dan setelah orasi
menteri Pembangunan Daerah Tertinggal selesai gantian bang haji
menyampaikan orasinya tentang keseriusannya maju pilpres 2014 yang akan datang
diusung dari Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ), dalam hal ini bang haji
menyampaikan visi misinya bila terpilih menjadi RI 1.
Setelah acara talkshow selesai dan
bang haji di dapuk untuk menyanyikan satu buah lagu ciptaannya sendiri berjudul
“ Keramat “ dalam iringan organ tunggal, meski sebenarnya bang haji menolak
dengan alasan ada gangguan pita suaranya. kesempatan ini tidak penulis
sia-siakan dengan jalan merekam dalam bentuk video.
Setelah membawakan lagu ini penulis
memberanikan diri bangkit dari kursi dan maju menuju kursi tempat bang haji
duduk dan penulis ajak bersalaman sambil mengucapkan salam pada bang haji.
Inilah kesan pertama penulis bersentuhan dengan kulit bang haji sambil
tersenyum. Tidak itu saja setelah acara selesai penulis mencoba untuk duduk di
lorong tengah tempat rombongan berjalan. Kesempatan ini penulis pergunakan
untuk mencegat dan bersalaman dengan pak menteri yang dibelakangnya berjalan
bang haji, dan tanpa pikir panjang bang haji penulis ajak bersalaman lagi dan
di momen ini pula penulis bisa bercipika-cipiki ( salaman tempel pipi
kanan-kiri ). Sayang di momen ini tak ada yang memotret penulis, masalahnya
kamera penulis dalam genggaman penulis sendiri. Inilah momen terindah penulis
ketemu dengan bang haji Rhoma Irama sepanjang hidup penulis yang tak mungkin
terlupakan.
Setelah acara di STAIMAFA
selesai penulis mencoba untuk bertanya kepada
pengawal bang haji tentang jadwal kunjungan berikutnya, berdasar keterangan
dari pengawal bang haji, jadwal berikutnya adalah berziarah ke makam waliyullah
seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Tanpa pikir panjang rombongan bang haji
langsung penulis kejar dengan jalan mendahului iring-iringan yang dikawal mobil
patwal dari kepolisian. Rupanya penulis kecele tiba lebih dulu di makam waliyullah
seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Rupanya rombongan pak menteri dan bang haji
mampir dulu di masjid jami’ Kajen untuk bersholat dhuhur. Kesempatan ini juga
tak disia-siakan penulis dan segera menuju untuk bergabung sholat dhuhur di
masjid jami’ Kajen. Bahkan untuk yang ini penulis bisa berwudlu bersama dengan bang
haji dan berfoto-foto di emperen masjid dan sekaligus penulis mencoba untuk
menjadi pemandu wisata dadakan di lokasi masjid jami’ Kajen. Mengingat tuan
rumah dalam hal ini gus Rozin (H. Abdul Ghaffarozin, M.Ed - ketua Staimafa ) tidak menyertai
bang haji di masjid jami’ Kajen dan gus Rozin hanya menunggu di makam Kajen,
otomatis rombongan pak menteri dan bang haji adalah orang luar Pati yang tak
mengetahui sejarah dan situs kuno masjid jami’ Kajen yang di bangun waliyullah
seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Dalam Sholat dhuhur ini bang haji di dapuk
sebagai imam sholat.
Penulis bersama " Satria Bergitar "
Bang Haji saat menjadi imam sholat dhuhur
Penulis ( berbaju hijau pupus ) sedang bercengkerama dengan bang haji di tangga masuk masjid jami' kajen
jelang foto bareng sama para santri
Setelah sholat dhuhur di masjid
Kajen, bang haji melanjutkan berziarah di makam waliyullah seh KH. Ahmad
Mutamakkin Kajen. Dan untuk yang kesekian kalinya penulis mencoba untuk
mengejarnya sampai di makam Kajen. Dan penulis berkesempatan berziarah bersama-sama
rombongan pak menteri, bang haji, PAMMI, Bupati Jepara dan gus Rozin sebagai
tuan rumah. Setelah berziarah, berdasarkan keterangan dari gus Rozin yang
penulis peroleh, rombongan pak menteri dan bang haji langsung menuju bandara
Ahmat Yani Semarang untuk terbang kembali ke Jakarta.
Duduk paling kiri Gus Rozin, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, bang haji Rhoma Irama dan penulis
(berbaju hijau pupus ) duduk dibelakang bang haji di makam Waliyullah Seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen.
Bang haji Rhoma Irama bersama penulis sesaat sebelum meninggalkan makam Kajen
-
Foto-foto
penulis peroleh dari bantuan/hasil jepretan pengawal bang haji yang telah baik
hati pada penulis.