Sabtu, 20 April 2013

Masa kecilku 7 ( tri legentri )



Dolanan Tri Legentri
            Dolanan yang satu ini dahulu sangat populer di kalangan anak-anak era 70 – 80 han, era dimana penulis kecil masih sering melakukan dolanan ini, baik pada sore hari atau pada malam pas padang mbulan ( purnama ) bersama teman-teman sebaya yang lain. Kehidupan era itu anak-anak masih bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakatnya, sekarang keberadaan dolanan tri legentri ini nyaris hilang ditelan jaman gaget. Padahal dolanan ini mengajarkan kebersamaan dan sportifitas. Dolanan Tri legentri asli dari kearifan budaya Jawa, terutama Jawa Tengah.
            Untuk memainkan dolanan Tri Legentri ini dibutuhkan 3 – 5 pemain bahkan bisa lebih, setiap pemain membawa batu yang  bernama “Gacuk”, kalau pemainnya 5 maka gacuk kecil berjumlah 4 yang gacuk satunya dicarikan batu yang lebih besar yang dinamai “Gecuk Kodok”. Setelah masing-masing pemain memegang gacuk, maka permainan Tri Legentri langsung bisa dimainkan :
 Siswa MI. Tarbiyatul Athfal Bulumanis lor sedang dolanan Tri Legentri sebagai nguri-nguri kabudayan  ( foto by Mustain Wahid )

Cara memainkan :
1.      Untuk memainkan dolanan Tri legentri pemain biasanya berjonggkok, mengingat batu gacuk harus terletak diatas tanah untuk di putar.
2.      Sambil menggenggam batu gacuk seraya di geser berputar untuk di pegang pemain lain secara estafet. Gacuk yang di putar ini di kasih aba-aba dengan tembang/lagu :

Tri legentri nogosari – ri
Riwul  awul awul  adang katul – tul
Tulen ulen ulen gajah manten - ten
Tenong besok gede  dadi opo – po
Podo  mbako enak mbako sedeng- deng
Dengkok engkok-engkok koyok kodok

3.      Pemain yang pada aba-aba terakhir “ koyok kodok “ atau yang kebagian gacuk besar/kodok, maka pemain tersebut menjadi pemain jadi, artinya ia harus menerima konsekuensi sebagai terhukum.
4.      Terhukum atau pemain jadi harus menutup mata sambil berjongkok.
5.    Pemain pemenang yang berjumlah 4 harus berlari meninggalkan pemain terhukum/jadi untuk ngumpet ( ndelik )di tempat-tempat umpetan yang telah ditentukan jarak jauhnya dari tempat  dolanan tri legentri.
6.      Pemain jadi/terhukum harus mencari pemain pemenang berjumlah 4 yang sedang ngumpet untuk di tunjuk ( dalam hal ini terkenal dengan istilah “ di cot “ ).
7.  Pemain jadi / terhukum kecuali mencari pemain pemenang yang ngumpet, pemain jadi harus menjaga batu-batu gacuk agar tidak di tendang pemain pemenang, atau lebih terkenal dengan istilah “ sekong “ .
8.      Kalau pemain terhukum tidak bisa mencari pemain pemenang, biasanya permainan ini menjadi lama sekali.
9.    Pemain pemenang berhak menolong teman-teman yang lain yang telah di cot terlebih dahulu, dengan jalan keluar dari persembunyiannya dan langsung men- sekong batu-batu gacuk tanpa di ketahui pemain jadi. Begitu seterusnya.
10.  Apabila pemain-pemain pemenang/ngumpet telah semua di cot, maka permainan tri legentri bisa dimulai lagi.
Kalau melihat lyrik tembang yang digunakan untuk aba-aba dalam dolanan tri legentri ini, penulis sendiri tidak bisa mengartikan apa maksudnya, dan apa kandungannya. Namun lyrik tembang/ lagu ini diwariskan dari orang tua turun temurun, kalaupun terjadi kesalahan dalam penyebutan dan arti di masing-masing wilayah penulis pikir itu tak apa-apa, toh dolanan ini yang terpenting mengajarkan kepada pemain untuk menjunjung tinggi  sportifitas, tunduk akan aturan main dan sebagai wahana sosialisasi terhadap kehidupan manusia yang berperan sebagai mahluk sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar