Minggu, 01 April 2012

Supervisi Pendidikan


            Dalam buku terbitan Depdikbub tahun 1979 tentang Manajemen Pendidikan di sekolah dijelaskan beberapa hal :
  1. Pengertian :
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
  1. Tujuan :
Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
  1. Prinsip-prinsip Supervisi :
Supervisi hendaknya dilaksanakan secara :
    1. Ilmiah ( scientific ) yang berarti :
1.      Sistematis, dilaksanakan secara teratur terprogram dan kontinu.
2.      Obyektif, berdasar pada data informasi.
3.      Menggunakan instrumen ( alat ) yang dapat memberi  data/informasi sebagai bahan untuk mengadakan penilian terhadap proses belajar mengajar.
    1. Demokratis :
Menjunjung tinggi asas musyawarah, kekeluargaan, menerima pendapat orang lain.
    1. Kooperatif :
Mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan  situasi belajar mengajar yang lebih baik.
    1. Konstruktif dan kreatif :
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
  1. Sasaran Supervisi :
Supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar yang memungkinkan  tercapainya tujuan pendidikan secara optimum dimana terjadi proses interaksi antara guru dengan murid dalam belajar dan mengajar. Bila proses interaksi itu diuraikan akan terdapat sebagai berikut :
    1. Tujuan khusus belajar mengajar.
    2. Materi dan kegiatan belajar mengajar.
    3. Metode pengorganisasian  kegiatan belajar.
    4. Cara menggunakan alat ( media pelajaran ).
    5. Cara mengevaluasi proses hasil belajar murid.
    6. Cara membimbing dan melayani murid terutama yang mengalami kesulitan belajar.
    7. Reaksi mental guru terhadap  tugas mereka.
       5. Teknik Supervisi :
            Ada bermacam-macam teknik supervisi yang kita kenal ialah :
a.    Kunjungan Kelas ( classroom visitation ) kunjungan ini dapat diberitahukan atau melalui undangan guru.
b.     Observasi kelas ( classroom observation ) dalam hal ini yang diobservasi adalah usaha dan kegiatan murid dan guru dalam KBM. Cara menggunakan media pengajaran. Mengorganisir KBM dan faktor penunjang lainnya.
c. Percakapan pribadi ( individual conference ) diantaranya adalah mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru. Mendorong guru mengatasi kelemahan dalam mengajar. Mengurangi keraguan guru dalam mengahadapi masalah KBM.
d.   Saling kunjung- mengunjungi ( intervisitation ), seorang guru mengunjungi rekannya yang sedang mengajar untuk menambah  pengalaman. Beberapa orang  guru mengikuti rekan yang lain yang sedang memberi pelajaran contoh.
e.       Musyawarah, rapat, lokakarya, dan karya wisata.
f.       Memanfaatkan mess media, brosur, edaran ,pengumuman dan internet.
g.      Penyediaan perpustakaan khusus duru.
h.      Penyediaan format supervisi untuk menilai diri sendiri.

Selanjutnya dari uraian diatas dapat dilengkapi dari pernyataan Drs. Ngalim Purwanto , dalam supervisi ada tiga tipe yaitu :
1.      Supervisi sebagai inspeksi :
Dalam manajemen kita jumpai kepemimpinan yang otokratis. Disini supervisi berarti menginspeksi atau meneliti dan mengawasi  apakah instruksi atasan telah dikerjakan oleh bawahan ( guru ).
2.      Tipe laisses faire ( bebas ) :
Disini guru dibiarkan menjalan tugas sesuai dengan yang mereka inginkan, kepala sekolah tidak memberikan petunjuk , saran atau koordinasi.
3.      Tipe Demokratis :
Disini kepemimpinan pendidikan dilaksanakan secara kooperatif, tanggungjawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor tetapi dibagikan kepada bawahan  sesuai dengan keahlian dan kecakapan masing-masing.

            Sejalan dengan uraian diatas, dibawah ini akan kami kemukakan penegasan Drs. Piet Sahertian dkk, bahwa sasaran supervisi  pendidikan pada hakekatnya menyentuh pertumbuhan jabatan guru ( professional growth ) yang meliputi tiga aspek  sebagai berikut :
a.      Bagaimana membantu guru dalam profesi guru.
b.     Bagaimana membantu guru dalam relasi pedagogis dengan murid-murid. Sebab pendidikan pada hakekatnya adalah hubungan antara guru dan murid.
c.  Bagaimana membantu pengembangan sikap profesional guru yang meliputi moral dan kegairahan kerja, kode etik jabatan dan semangat bersatu dalam kelompok.

Menurut beliau, berbagai teknik supervisi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1.      Teknik supervisi individu, yang meliputi :
-          kunjungan kelas
-          observasi kelas
-          percakapan pribadi
-          saling mengunjungi kelas
-          menilai diri sendiri.
2.      Teknik supervisi kelompok, yang meliputi :
-          pertemuan orientasi guru baru
-          rapat guru
-          studi kelompok antara guru
-          diskusi
-          tukar menukar pengalaman
-          lokakarya
-          seminar dan simposium
-          demonstrasi mengajar
-          perpustakaan jabatan
-          mengikuti kursus
-          perjalanan sekolah untuk staf sekolah
-          Memanfaatkan berbagai media .

      
     


Senin, 20 Februari 2012

Batu Sabak dibuat ulang dalam bentuk Komputer I-pad



Bentuk Batu Sabak  alat tulis tempo doeloe
Mereka yang berumur 43 tahun ke atas tentu pernah ingat waktu bersekolah di TK atau tingkat SD, kalau melihat tablet PC mungkin akan teringat pada alat tulis yang dinamai sabak atau batu tulis. Bagian tengahnya terbuat dari batu, dapat ditulisi. Di pinggirnya dipasang kayu sebagai frame. Untuk menulisinya dipakai gerip yang bentuknya bulat, lebih kecil dari pensil, panjangnya sejengkal ketika masih baru. Ketika dituliskan, biasanya terdengar bunyi yang menyakitkan telinga.untuk menghapusnya diperlukan daun cocor bebek sebagai setip.

Kita pasti masih ingat, di awal tahun 2010 media masa (cetak dan online) dihiasi oleh foto (Almarhum) Steve Jobs seperti gambar ini. Apple meluncurkan iPad pada tanggal 27 Januari 2010. Sampai kwartal 3 tahun 2010 iPada menguasai 95% pasar tablet PC di dunia.Menyusul iPad, beberapa produsen lain meluncurkan tablet PC. Dengan sendirinya mereka yang datang belakangan harus mempunyai kelebihan agar ada alasan konsumen memilihnya. Pada umumnya, mereka yang datang belakangan harganya lebih murah. Fitur iPad yang banyak dikalahkan adalah ukuran layarnya (9,7 inci) dan beratnya (680 gram). Yang lainnya: iPad tidak mempunyai kamera, sedangkan beberapa pesaingnya mempunyai kamera.
Perbedaan dan persamaan Batu Sabak dengan I-pad :
Uraian
Batu Sabak
I-Pad
Bentuk
persegi empat
persegi empat
Ketebalan
kurang lebih 3 cm
2.5 cm
Power
-
Listrik / batu kering (DryCell )
Penggunaan
Menulis
Multy Media
Piranti
Grip sebagai alat tulis /cocor bebek sebagai alat hapus
Layar sentuh
Dibawa
Ditenteng
Ditenteng
Bentuk File
Tdk bisa dibuka lagi ( terhapus )
Dpt dibuka lagi
Fungsi  lain
Dapat dipakai payung kalau hujan dan bisa dipakai nampar temen kalau lagi berantem
Rusak kalau terkena hujan dan tidak bisa dipakai  berantem
Bergaya
Anak  sekolah Era 40 an dan 70 an awal
Anak Sekolah Era Millenium

Daun Cocor Bebek yang dipakai mengahpus tulisan grip pada Batu Sabak

            Daun cocor bebek ini dahulu diwajibkan bagi setiap siswa yang bersekolah, baik ditingkat TK atau sampai SD. Mengingat tempo dulu belum ada teknologi penghapus tulisan, baik yang berbentuk setip ( karet penghapus ) atau bentuk Type Ex ( cairan putih penutup tulisan yang salah . Sehingga keberadaan tanaman yang satu ini dulu sewaktu penulis masih kecil sangat populer sekali, dan hampir disetiap pekarangan rumah pasti dapat dijumpai.
            Untuk dapat menggunakan daun cocor bebek ini biasanya dipetik daun yang paling tua, biasanya daun  yang paling bawah, karena daun yang paling bawah ini biasanya tebal dan berair. Sehelai  daun cocor bebek ini kemudian disapukan ( diunyet-unyet – Jawa ) pada permukaan batu sabak yang ada tulisannya, sehingga batu sabak yang sudah ditulisi dan dinilai guru dapat dihapus.

 Bibit-bibit baru yangon keluarganya darinya ketiak daun

            Cara menanampun tergolong mudah, tinggal petik sehelai daun tua dan benamkan pada tanah yang becek berair( dalam istilah IPA dikenal dengan sebutan stek daun-perkembangan tak kawin secara alami), tunggu dua minggu kemudian dari ketiak daun tersebut  keluarlah bakal tumbuhan baru.

Kepala Desa Bulumanis lor dari masa ke masa

                Desa Bulumanis lor Kec. Margoyoso Kab. Pati semenjak terbentuk pada zaman Hindia belanda sampai sekarang tercatat telah memiliki Kepala Desa ( petinggi ) sebanyak 6 kali :

NO
NAMA
ALAMAT
TAHUN
1
Wonojoyo
Jl. Wonojoyo RT.03 / 03
Zaman Hindia Belanda
2
Kartodikromo ( petinggi tuwo )
Jl. Kampunganyar RT.02/02
Peralihan Belanda - RI
3
Lukito
Jl. Kampunganyar RT.02/02
1940 – 1965 ( Orde Lama )
4
Ichwan Soeyoethi
Jl. Kampunganyar RT.02/02
1965 – 1988 ( Orde Baru )
5
H. Hambali, SH.
Jl. Kampunganyar RT.02/01
1988 - 2008 ( dua periode )
6
Abdul Fatah
Jl. Wonojoyo RT.03 / 03
2009 - sekarang

Wonojoyo :

                Petinggi Wonojoyo, menurut cerita para mbah-mbah penulis dulu merupakan petinggi zaman feodal ( Hindia Belanda ). Masih berpakaian beskap berblangkon dan bergaya priyayi zaman walondo. Lokasi rumah petinggi Wonojoyo dulu menempati lahan yang sekarang menjadi milik keluarga besar almarhum Nurhadi ( mantan carik era Ichwan Soeyoethi ).

Konon petinggi Wonojoyo mempunyai kuda yang gagah dan tongkat komando yang biasanya dipakai untuk keliling desa dan mengkomando tugas-tugas petinggi. Tongkat komando tersebut tidak berupa tongkat komando pada umumnya, melainkan sebuah tongkat kayu berwarna hitam. Tongkat tersebut sampai sekarang masih misteri dimana keberadaannya. Namun wacana publik desa Bulumanis lor, tongkat komando tersebut tersimpan secara misteri ( tidak bisa terlihat dengan  mata )di makam Mbah Singobrojonoto (seorang tokoh cikal bakal desa Bulumanis lor).Tongkat tersebut biasanya akan nampak wujudnya bila di desa Bulumanis lor akan ada pemilihan kepala desa, sehingga banyak calon kepala desa yang akan maju nyalon sering bermalam dan berkalwat di ruang samping makam Mbah Singobrojonoto, itung-itung bisa melihat atau mendapat tanda-tanda akan jadi kepala desa.

Untuk mengenang jasa petinggi pertama desa Bulumanis lor tersebut, nama Wonojoyo diabadikan sebagai nama jalan desa paling selatan dari desa Bulumanis lor nama sebuah tambak milik desa.

Kartodikromo ( petinggi tuwo ) :

                 Bekas Pintu Gerbang yang masih hingga sekarang
                        Petinggi ini mendapat julukan petinggi tuwo, menurut cerita orang tua, petinggi ini kecuali berperawakan tua juga  mempunyai perilaku yang bijaksana dan kebapak-bapakan, sehingga mendapatkan julukan  “ tuwo ”. Lokasi rumah petinggi Kardikromo ini di jalan Kampung anyar / jalan Kepala Desa RT. 02 /RW.02. peninggalan arkeologis masih bisa dilihat sampai sekarang, berupa gapura ( pintu gerbang ) rumah Kartodikromo. Dahulu masih utuh dua buah kanan dan kiri, namun sewaktu PLN memasang tiang listrik gapura sebelah timur tergusur dan dirobohkan.

                Kecuali terkenal dengan sebutan tuwo, Kartodikromo semasa hidup sangat gemar mengoleksi benda-benda antik semisal keris, tumbak dan benda-benda lain yang dianggap punya kekuatan gaib. Juga Kartodikromo dikenal sebagai tokoh yang mempunyai kejadukan dan ilmu linuwih. Ini terbukti dahulu banyak maling yang menyatroni warga desa Bulumanis lor tak bisa bergerak dan hanya bingung di lokasi tempat mereka akan maling, ini berkat pagar gaib yang dipasang Kartodikromo. Suatu waktu ada maling mengambil buah kelapa yang masih di pohon, kebetulan keberadaan maling tersebut ketahuan Kartodikromo, maka hanya dengan ditunjuk pakai telunjuk Kartodikromo, maling itu langsung jatuh ke tanah.
               
                Kampung bekas rumah Kartodikromo ini juga banyak menyimpan misteri sampai saat ini, berdasar saksi mata para tetangga disekitar kampung Kartodikromo, ada yang melihat kejadian aneh diantaranya api ndaru yang melesat dari langit dan jatuh di kampung tersebut, ada yang melihat mahluk halus besar ( orang menyebutnya genderuwo ), kampung yang sekarang masih wingit ( angker ) itu sering di sambangi para pemburu benda-benda antik semacam keris dan gaman.

Lukito :

                Kepala Desa ini berjasa dalam pembangunan infra struktur jalan dan gorong-gorong dan fasilitas penting lainnya, seperti pos gardu jaga permanen, gedung balaidesa. Dibidang pertanian juga mengalami kemajuan. Akan tetapi dalam era ini perjalanan politik multi partai sedikit banyak berpengaruh terhadap keharmonisan hidup bernegara, dalam hal ini pengaruh gesekan antara partai NU dan PKI begitu kuat di desa Bulumanis lor. Tak mengherankan politik kotor dan intimidasi diterapkan PKI yang kala itu  Kepala Desanya terlibat PKI desa Bulumanis lor.
                Setelah pemerintah RI membekukan PKI dan Letkol Soeharto ditunjuk Soekarno memegang keamanan paska supersemar, untuk di desa Bulumanis lor PKI dapat dilumpuhkan oleh Barisan NU dan anshornya serta mendapat dukungan penuh dari Resimen Para Komando Angkatan Darat ( RPKAD ) yang sempat juga datang di Bulumanis lor. Beberapa tokoh penting PKI desa Bulumanis lor diambil RPKAD dibawa ke pulau Buru.  Setelah masa hukumannya selesai, ada yang kembali pulang ke Bulumanis lor dan ada yang  tidak kembali lagi ke Bulumanis lor termasuk  diantaranya adalah Lukito. Kini peristiwa itu telah lama dilupakan masyarakat Bulumanis lor sebagai bentuk rekonsiliasi terhadap orang-orang yang dulu pernah terlibat partai yang makar terhadap pemerintah RI.


Ichwan Soeyoethi :
               
                Tokoh yang satu ini naik menjadi kepala Desa Bulumanis lor berkat kemenangannya dalam pemilihan umum kepala desa, yang waktu itu masih menggunakan biting / lidi yang dimasukkan dalam bumbung bambu.  Ada 7 calon yang maju, namun setelah penghitungan ada 2 calon yang harus  masuk final, satu diantaranya adalah Ichwan Soeyoethi . setelah final penghitungan tahap dua Ichwan Soeyoethi keluar sebagai pemenang. Kemenangan Suoyoethi ini berkat dukungan penuh NU,Anshor dan Muslimat. Masa jabatan Ichwan Soeyoethi ini terbilang lama, selama masa orde baru, tak heran gaya kepemimpinannya langsung seragam seperti pemerintahan Soeharto.


H. Hambali, SH. :

                Seorang pemuda penuh visi anak dari tokoh Masyumi desa Bulumanis lor, sewaktu menjabat  Kepala Desa dalam kondisi masih bujangan. H. Hambali, SH. menjabat dua periode, berkat kemenangannya dalam 2 pemilu kepala desa. Gelar kesarjanaannya mengangkat lahan kisik / pantai sebagai bahan topik skripsinya.
                Prestasi-prestasi gemilang pada masa ini banyak ditorehkan, diantaranya adalah kembalinya aset desa tanah SDN 01 yang beberapa puluh tahun diambil sepihak oleh diknas Margoyoso untuk gedung kegiatan guru. Memprakarsai berdirinya Yayasan Baitus Salam yang bergerak dibidang sosial penyantunan dan beasiswa anak-anak yatim dan dluafak, berdirinya MTS. Baitus Salam, Renovasi total Masjid Baitus Salam yang disebut-sebut sebagai proyek monumental desa Bulumanis lor, serta penataan aparatur desa yang semula hamburadul dan terkesan abangan menjadi tertib dan agamis,
satu persatu aparatur desa yang tidak seirama dengan derap pembangunan mental spiritual disikat habis.
                Tapi hukum dunia ditakdirkan berpasangan dan bermata dua bagai keping mata uang, sebaik-baik Hambali memimpin ada juga kelompok kecil yang tidak puas atas kepemimpinannya ekses dari pilkades, sehingga selama Hambali memimpin banyak kasus-kasus sengaja dimunculkan oleh kelompok yang tidak puas untuk merusak citra Hambali.

Abdul Fatah :

                Anak tertua dari Ichwan Soeyoethi ini  menduduki kepala desa setelah dua kali keikutsertaannya dalam pilkades, edisi pertama kalah dari H. Hambali, SH, dan edisi kedua keikutsertaannya memenangkan pilkades mengalahkan dua calon yang lain.

Selasa, 03 Januari 2012

Sumur Mutamakkin di desa Bulumanis lor antara mitos dan fakta


Mutamakkin adalah seorang ulama yang berasal dari Cebolek , sebuah desa kecil di Kabupaten Tuban tempo dulu, Jawa Timur. Nama “Mutamakkin” yang bermakna orang yang meneguhkan hati atau yang diyakini akan kesuciannya konon adalah gelar yang diberikan kepada beliau seusai dari menuntut ilmu dari Timur Tengah. Kini nama Mutamakkin lebih terkenal dengan sebutan “ Mbah Mutamakkin
 Sumur Mutamakkin setelah mengalami pemugaran ke tiga kali

Silsilah Mutamakkin :

Garis keturunan Mutamakkin dari bapak adalah Sultan Trenggono (Raja Demak III tahun 1521-1546) yang bertemu dengan pada silsilah Raden Fatah (Pendiri Kerajaan Demak 1478-1518). Dari Ibu, keturunan Sayid Ali Bejagung, Tuban Jatim. Sayid Ali ini mempunyai putera bernama Raden Tanu, Tanu ini mempunyai seorang puteri, yakni ibu  Mutamakkin.

“Sumohadiwijaya” adalah nama kecil Mutamakkin. Putera Pangeran Benawa II (Raden Sumohaidnegara) bin Pangeran Benawa I (Raden Hadiningrat) bin Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) bin Ki Ageng Pengging bin Ratu Pembayun binti Prabu Brawijaya ( raja Majapahit Terakhir  yang telah masuk islam ). Ratu Pembayun adalah saudara perempuan Raden Fatah. Istri Jaka Tingkir adalah Putri Sultan Trenggono bin Raden Fatah.

Sumur Mutamakkin :

Diperkirakan Mutamakkin hidup sekitar tahun 1685-1710. Konon, sepulang dari Timur Tengah dari menunaikan Ibadah haji, beliau pulang tidak menaiki kendaraan pada umumnya melainkan menaiki jin, kemampuan menaiki jin ini beliau dapatkan berkat ilmu kanuragan yang beliau pelajari dari Timur Tengah. Tiba-tiba di tengah laut jawa ( Laut yang sekarang wilayah perairan Bulumanis ) oleh jinnya, beliau dijatuhkan di tengah laut. Kemudian beliau diselamatkan dan di telan “Ikan Mladang” dalam kondisi setengah sadar. Beliau kemudian  dilemparkan disebuah pantai Bulumanis lor, dan ditemukan oleh beberapa masyarakat dan diselamatkan.
 Papan penunjuk Sumur Mutamakkin di jalan bango Bulumanis lor


Didesa ini beliau istirahat sambil memulihkan kesehatannya, konon didesa ini  banyak warga yang berguru pada Mutamakkin, sehingga untuk menopang kehidupan dan bersuci, Mutamakkin membuat sumur dari batang kayu yang ditancapkan ketanah, dan aneh dari batang kayu yang ditancapkan ketanah ini kemudian dicabut, dari lobang cabutan kayu ini mengalirlah mata air yang jernih hingga sekarang.

Cerita Kali Kutukan dan asal-usul nama desa Bulumanis :

Setelah Mutamakkin tinggal di desa ini dan banyak warga yang berguru, konon pada waktu masuk waktu sholat banyak santri yang masih berwudlu , sehingga Mutamakkin sempat menegur beberapa santri  “ wudlu kok kecipak-kecipuk ora bar-bar koyo kutuk ! “  ( wudlu kok ciprat-cipratan air nggak selesai-selesai kayak ikan kutuk / ikan gabus ). Sehingga kali / sungai  yang berada di pinggir sumur itu terkenal dengan nama “ Kali Kutukan “.

Soal nama desa Bulumanis, ada beberapa versi cerita yang beredar di tengah –tengah masyarakat Bulumanis Lor. Konon sewaktu Mutamakkin berwudlu menggunakan padasan ( beberapa ruas bambu yang dilobangi untuk berwudlu ) melintaslah seekor burung blekok ( kuntul ) dan jatuhlah sehelai bulu burung blekok tepat dilobang padasan Mutamakkin berwudlu, dan konon rasa air wudlu yang tawar berubah menjadi agak kemanis-manisan, sehingga sejak saat itu wilayah tersebut bernama dengan “ Bulumanis “ yang mengandung arti “ bulu yang terasa manis “. Soal sebutan kali kutukan dan asal-muasal nama desa Bulumanis ini penulis peroleh dari cerita-cerita yang beredar dari masa-kemasa waktu penulis masih anak-anak dan kadung dipercaya masyarakat hingga sekarang. ( Wallahu a’lam ).

Ada dua versi tentang asal usul desa ini. Pertama adalah dari kata “ceblok” (jatuh), dan kedua “Jebol-jebul melek” (tiba-tiba membuka mata) setelah diselamatkan warga dari muntahan ikan mladang. Di sebelah barat desa Bulumanis lor saat ini terdapat desa bernama Cebolek,sangat dimaklumi dan boleh jadi dahulu desa Bulumanis pada umumnya masih berupa rawa-rawa dan merupakan garis pantai, dan kemungkinan wilayahnya masih menyatu dengan wilayah yang saat ini bernama cebolek Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Berguru dan diambil menantu Kiyai Syamsudin :

 Dari desa ini, suatu malam, Mutamakkin melihat sinar lampu dikegelapan malam dikejauhan arah barat. Karena heran, kemudian beliau mencari dari mana asal sinar tersebut. Ternyata sinar tersebut adalah sinar lampu K.H Syamsuddin, pemangku Desa Kajen yang sedang melaksanakan shalat tahajjud. Kajen adalah sebuah desa disebelah barat desa Cebolek.Mutamakkin  kemudian berguru dan oleh KH. Syamsuddin Mutamakkin dinikahkan dengan putrinya Nyai Qodimah.

Dari perkawinan tersebut Mutamakkin memiliki putra yaitu :
1.       Alfiyah Godeg ( dimakam di desa Kajen Kec. Margoyoso Pati )
2.       Bagus ( dimakam di ampel denta Surabaya Jawa Timur )
3.       Endro Muhammad ( dimakam di desa Gambiran Kec. Margorejo Pati )

Putra kedua, Kiai Bagus kemudian bertempat tinggal di Jawa Timur. Di Jawa Timur tersebut, Kiai Bagus memiliki keturunann antara lain KH Hasyim Asyari (Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang), dan K.H Bisri Syamsuri (Pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang). Keduanya ini adalah kakek Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Sedangkan Alfiyah dan Endro tetap tinggal di Kajen. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak keturunan  Mutamakkin yang mendirikan sejumlah pondok pesantren (Ponpes) di Kajen. Misalnya pada tahun 1900, Kiai Nawawi putra KH Abdullah mendirikan Ponpes Kulon Banon atau Taman Pendidikan Islam Indonesia (TPII). Pesantren ini adalah Pospes tertua di Desa Kajen.
Menyusul kemudian, KH Ismail mendirikan Ponpes Raudhatul Ulum (PPRU), Tahun 1902, KH Siraj, putra KH Ishaq mendirikan Ponpes Wetan Banon yang kemudian dikenal dengan Ponpes Salafiyah yang kemudian dilanjutkan oleh KH Baidhowi Siroj. Penamaan Kulon atau wetan banon ini didasarkan atas posisinya dari komplek pesarean Mbah Mutamakkin yang dikelilingi tembok besar (banon).

Sekitar tahun 1910, K.H Abdussalam (Mbah Salam), saudara Mbah Nawawi, mendirikan pesantren di bagian Barat Desa Kajen yang dinamakan Popes Pologarut. Dalam perkembangannya menjadi Ponpes Maslakhul Huda Polgarut Putra (PMH Putra) dan Polgarut Selatan (PMH Pusat).

Murid dari Mutamakkin sangat banyak  di antranya :
1.       Ronggokusumo ( dimakam di desa Ngemplak Kidul  Kec. Margoyoso  Pati )
2.       Mizan ( dimakam di desa Margotuhu Kidul Kec. Margoyoso Pati )
3.       Shaleh ( dimakam di desa Kajen Kec. Margoyoso Pati ).

Ronggokusumo putra kiai ageng Meruwut, yang masih keponakan Mutamakkin. Dia ditugaskan di Ngemplak dan wafat di desa tersebut.

Peninggalan Arkeologis :

1.       Pesarean ( makam ) Mutamakkin ( di Kajen Margoyoso Pati ).
2.       Masjid dan mimbar masjid Jami’ Kajen ( di Kajen Margoyoso Pati ).
3.       Sumur Mutamakkin ( di Bulumanis lor Margoyoso Pati ).
4.       Piring Mutamakkin ( disimpan di pesarean Kajen Margoyoso Pati ).


Sumur Mutamakkin saat ini :

                Keberadaan sumur Mutamakkin di desa Bulumanis Lor ,dulunya sewaktu penulis masih anak-anak ,bukan sumur yang lazim kita temui pada umumnya, melainkan sudah berubah menjadi sebuah “ blumbang “ ( telaga kecil ) yang dikanan kirinya ditumbuhi pohon sagu dan aneka vegetasi lain yang tumbuh sangat lebatnya, didalamnya dihuni beberapa ekor ular yang cukup besar, kecuali itu didalam telaga hiduplah beberapa ikan yang oleh masyarakat sekitar tidak berani mengambilnya meskipun ikan tersebut besar-besar, terutama jenis ikan gabus/Kutuk karena takut berhadapan dengan ular-ular tersebut. Dan warga sekitar bila ingin  mengambil air sumur biasanya mengambil di selokan/sungai kecil yang memuat limpasan air dari sumur tersebut.

                Pada sekitar tahun 1977 oleh Kiyai Ahmad Fahrurrozy (Alm) dan Kiyai Durri Nawawi (Alm)( keduanya dari desa Kajen ) dan masyarakat desa Bulumanis lor,  sumur Mutamakkin yang semula berupa blumbangan dipugar besar-besaran dengan melibatkan beberapa mesin pompa air dan beberapa tukang tebang pohon. Kesempatan ini dipakai warga setempat untuk ikut memanen ikan gabus/kutuk yang selama itu tidak pernah tersentuh oleh masyarakat, dari hasil panen ikan tersebut mendapat sejumlah ikan 6 tolok ( tolok adalah keranjang ikan yang memuat ikan sekitar 50 Kg ). Kemudian dari blumbangan tersebut dibangun bentuk tembok melingkar dengan diameter 3 meter dan tinggi tembok sekitar 80 cm.
 Musholla Al-Mutamakkin sebagai penanda perjuangan Mutamakkin

                Tidak hanya sumur yang dibangun, tepat setahun setelah bangunan sumur, oleh warga desa Bulumanis lor diareal sebelah barat sumur dibangun musholla dengan nama “ Musholla Al-Mutamakkin “ sebagai perwujudan napak tilas dan meneladani perjuangan beliau Mutamakkin.  setelah mengalami kemajuan kunjungan wisatawan dari berbagai wilayah dan demi terciptanya privasi peziarah yang kepingin mandi di sumur Mutamakkin. Maka bangunan sumur yang telah  berumur kurang lebih 35 tahun mengalami pemugaran yeng ke tiga, kini wajah sumur Mutamakkin tidak lagi butut, melainkan telah “ bersolek “ bagai gadis yang ingin dipinang.

                Sumur Mutamakkin kini telah menjadi agenda tetap para peziarah yang ingin napak tilas Mutamakkin, sumur yang dulu sepi tak satupun yang berani masuk, kini telah menjadi berkah bagi masyarakat setempat dan umumnya wisatawan yang datang dari berbagai wilayah. Sumur yang kini di juru kunci oleh K. Muntari ( sekaligus nadlir pesantren Al-Mutamakkin ) ramai dikunjungi peziarah yang sekedar melihat atau mandi bahkan ada yang mengambil air sumur sebagai obat dan “ ngalap berkah / mengambil kebaikan “ dari Mutamakkin.

Mitos :
               
Sebagai obat :

                Belum ada penyelidikan dan penelitian secara medis selama ini tentang kandungan air sumur Mutamakkin, namun keberadaannya kadung dipercaya sebagai obat oleh masyarakat. Tak heran orang yang berpenyakitan kulit dan penyakit yang lain banyak yang ikut mandi dengan tujuan mendapat kesembuhan dari keramatnya Mutamakkin. Tak hanya itu wisatawan dan peziarah banyak yang mengambil air sumur dalam jerigen untuk dibawa pulang, sekedar memandikan orang sakit di rumah yang tak mampu datang ke sumur Mutamakkin.
 Interior sumur Mutamakkin dikhususkan bagi peziarah yang ingin mandi

                Berdasarkan  pantauan penulis dan hasil wawancara dengan juru kunci sumur  K. Muntari, wisatawan yang membawa air sumur untuk dibawa pulang rata-rata adalah wisatawan dari kota lain semisal Grobogan, Kudus, Demak, Jepara, Semarang, Rembang, dan kota-kota lain di Jawa Tengah. Untuk kasus yang satu ini air sumur sebagai obat penulis pahami, di budaya kita utamanya di lingkungan Nahdliyin yang namanya “ ngalab berkah “ dan menganggap benda dari orang sholih dipercaya mempunyai kekuatan magis masih sangat di percaya sampai sekarang, tidak heran air sumur Mutamakkin dipercaya menyembuhkan. Wallahu a’lam.

Mengharapkan kekayaan :

                Banyak wisatawan dan peziarah bila datang ke sumur Mutamakkin melempar koin recehan ke dalam sumur, mereka percaya  akan dimudahkan rizqinya. Tak heran dari jepretan kamera penulis di dasar sumur Mutamakkin terdapat banyak uang koin recehan yang di lempar ke sumur. Sehingga gejala yang menjurus perilaku syirik ini sudah diwanti-wanti juru kunci sumur untuk tidak melempar uang koin ke dalam sumur dengan dalih apapun.
 Tampak koin recehan yang di lempar dalam sumur

Gampang jodoh :

                Dilingkungan masyarakat tertentu terutama wanita yang tidak laku-laku ada semacam kepercayaan bila mandi di sumur Mutamakkin akan mudah mendapatkan jodoh.

Sebagai penglaris :

                Sumur Mutamakkin oleh kalangan penjaja seks komersial ( psk ) dapat dijadikan penglaris, ini dipercaya dan kerap pada malam tertentu banyak psk yang turut mandi di sumur Mutamakkin.

Fakta :

Pantangan jadi nelayan :

                Berdasar hasil wawancara penulis dengan Suharto ( Sekdes Bulumanis lor ) dapatlah di lihat, berdasar sensus penduduk tahun 2010 dan jumlah penduduk desa Bulumanis lor per Desember 2011, jumlah penduduk desa Bulumanis lor berjumlah 2518 jiwa, dari usia produktif profesi penduduk :

·         Petani tambak / sawah                                                        10 %
·         Buruh Tani                                                                          40 %
·         Jasa                                                                                     20 %
·         Dagang                                                                                 5 %
·         Guru / Ustad                                                                        1 %
·         Nelayan                                                                                -  %
·         Lainnya                                                                              24 %

Dari jumlah prosentase diatas profesi nelayan nihil, ada  anggapan yang beredar sejak turun temurun di masyarakat Bulumanis lor bahwa menangkap ikan di laut ( nelayan ) sangatlah tidak menghargai jasa ikan ( ikan Mladang ) yang telah berjasa menyelamatkan Mutamakkin. Untuk itu jadi nelayan merupakan sebuah pantangan, kalaupun makan ikan laut itu bukan dicari dari laut melainkan membeli di pasar.

Khoul Mutamakkin di Bulumanis lor :

                Setiap tanggal 10 bulan Syuro, di desa Kajen diadakan Khoul Mutamakkin, dengan rentetan acara dan ritual buka dan ganti luwur, lelang luwur, tahtiman Al-Quran, tahlil umum, dan manaqib penutup yang nasi syukurannya ditaruh dalam wadah piring peninggalan Mutamakkin. Di Bulumanis lor juga ada acara Khoul Mutamakkin yang jatuh pada tanggal 15 Syuro setiap tahunnya, dengan acara dan kegiatan yang di pusatkan di pesantren Al-Mutamakkin, dalam acara khoul tersebut diadakan tahtiman Al-Quran bil-ghoib dan bin-Nadzor, pengajian umum, tahlil umum dan acara syukuran yang bertujuan napak tilas dan meneladani perjuangan beliau Mutamakkin.