Sabtu, 07 Desember 2013

Waterboom Lau Kudus



Segarnya Waterboom Mulia Wisata Lau Kudus

Waterboom dan kolam renang ini termasuk wahana wisata air baru di kawasan Colo Muria, terletak di jalan Kudus-Colo KM 12 desa Lau Kec. Dawe Kab. Kudus. Yang peresmiannya ditandai dengan penanda tanganan pada sebuah prasasti oleh Bupati Kudus pada tanggal 30 Maret 2011. Di lokasi Waterboom dan kolam renang Mulia Wisata ini juga terdapat area parkir yang cukup luas dan fasilitas lainnya yang cukup representatif diantaranya adalah Musholla, Kolam pancing, depot aneka makanan ringan, aneka ikan bakar, boom-boom car, ruang rapat yang luas, serta fasilitas penunjang yang lainnya.
Baliho besar dan pintu gerbang Mulia Wisata

Diareal wateroom dan kolam renang Mulia Wisata ini di bagi beberapa zona, diantaranya adalah kolam kecek yang dikhususkan bagi anak-anak kecil, kolam dalam khusus remaja, kolam arus deras serta kolam renang pacu bagi atlet renang yang letaknya paling barat di areal Mulia Wisata ini. Waterboom dan kolam renang yang di konsep seperti layaknya cottage-cottage di Bali menawarkan kenyamanan yang lebih, mengingat desa Lau termasuk wilayah pegunungan yang berhawa sejuk dengan aneka vegetasi yang tumbuh subur menghijau dikanan-kiri. Bagi pengunjung yang tidak mau basah-basahan juga disediakan beberapa gezebo-gazebo dan bungalow sekedar untuk menunggui anak-anak berenang.

 Segeeeeerrrr : penulis saat di Waterboom Lau Kudus

Penulis sendiri pernah mengunjungi Mulia Wisata ini terhitung sampai 3 kali, yang pertama bersama anak-anak MI. Tarbiyatul Athfal Bulumanis lor, kedua bersama rombongan karyawan Perguruan Islam Al-Hikmah Kajen, dan yang terakhir bersama keluarga pada liburan Idul Fitri 1434.



 Waterboom Mulia Wisata dari berbagai sudut

 Kolam Pacu dengan deretan gazebo yang tertata cukup apik !

 Kolam pancing yang menawarkan fasilitas bakar ikan dan lansung mak nyos !

Sabtu, 02 November 2013

ketemu rhoma



Ketemu dan mencium Rhoma Irama setelah 38 tahun mengidolakan


Siapa sih seantero negeri ini yang tak kenal dengan Rhoma Irama ? sang maestro dangdut ini adalah jawaranya. Tak satupun dalam show dangdut yang melewatkan lagu-lagu ciptaan Rhoma Irama, Tak terkecuali penulis sendiri. Penulis mengenal sosok Rhoma Irama dikala penulis masih ana-anak sekitar tahun 1975 nan. Saat itu penulis masih duduk di kursi Taman kanak-kanak, dan seperti pada umumnya anak-anak jaman itu yang sering main-main disawah mencari belut dan mandi di sungai, karena belum ada mainan seperti anak jaman modern seperti sekarang ini. Sambil bermain, nun jauh disana mengalun suara merdu lagu Rhoma Irama dan pasangan abadinya Elvy Sukaesih dari loud speaker merek Toa dan tape tepak “bata” merek Philips. Dapat di tebak suara lagu dari loud speaker itu berasal dari rumah yang kebetulan punya hajat, baik yang ngunduh mantu atau khitanan.
 foto kuno bang haji Rhoma Irama dengan pasangan abadinya Elvy Sukaesih

Belum banyak kala itu yang mempunyai loud speaker dan tape tepak tersebut, mendengar lagu-lagu Rhoma Irama dan lainnya hanya bisa di dengar dari orang punya hajatan dan dari radio milik orang-orang kaya saja. Meski demikian penulis kala itu sudah sangat hafal lagu-lagu Rhoma Irama dan pasangan abadinya Elvy Sukaesih, dan sedikit banyak sudah mengidolakan sosok Rhoma Irama dari foto yang terpampang di sampul kaset dan poster-poster yang dijual eceran dipinggir emperan pasar Bulumanis.
Rhoma Irama merupakan sosok idola remaja jadul seperti penulis kala itu, dari bermusik, gaya pacaran sampai model pakaian  mengiblat pada sosok Rhoma Irama. Karena di era 70 an belum banyak figur artis yang sepopuler Rhoma Irama dengan beberapa film-film musikalnya yang selalu masuk box office disetiap gedung-gedung film yang memutar filmnya.
Hingga saat ini penulis diusia 44 tahun masih tetap mengidolakan Rhoma Irama dengan jalan mengoleksi semua album dari yang album single sebelum Soneta Group lahir sampai album Soneta Group dari volume 1 sampai volume 16  dari album Sountrack Film Penasaran sampai Sajadah Kakbah, dan film-filmnya masih sering penulis lihat dari koleksi VCD maupun dari jejaring sosial You Tube.

Ketemu Rhoma Irama secara tak sengaja

            Senin 21 Oktober 2013, seperti hari-hari biasanya kalau tidak bertugas mengajar paling menyelesaikan tugas sebagai tata usaha di kantor sekolah, pada pukul 11.20 WIB ada khabar yang masuk di telinga penulis kalau ada kunjungan Rhoma Irama dan Menteri Pembangunan  daerah tertinggal di Sekolah Tinggi Agama Islam Mathaliul Falah ( STAIMAFA ) Kajen Margoyoso Pati. Tanpa pikir panjang lansung menyambar kamera di almari dan memburu berita tersebut di STAIMAFA. Tanpa undangan resmi penulis langsung masuk di auditorium Staimafa, dan memang benar di panggung kehormatan telah duduk H. Abdul Ghaffarozin, M.Ed ( ketua Staimafa ), Dr. Ir. H. Helmy Faishal Zaini ( Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ) dan bang Haji Rhoma Irama sendiri.


            Inilah pandangan pertama penulis menatap sang idola dalam kenyataan, dan bukan di layar televisi maupun layar film yang sering penulis lihat. Degub jantung penulis semakin keras berbarengan dengan bebarapa jepretan kamera penulis yang diarahkan pada sosok sang idola. Karena letak penulis yang jauh dari panggung kehormatan, akhirnya penulis putuskan keluar dari auditorium dan masuk melalui pintu VIP yang tanpa penjagaan. Dan alhamdulillah penulis ternyata mendapati deretan kursi kosong di barisan tamu VIP yang letaknya dua baris dari kursi pertama. Duduk bersama bupati Jepara dan petinggi dari PAMMI ( Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia ), serta pengawal bang haji sendiri yang penulis kenali dari logo  Pam Fata serta SR ( Soneta Record ). Kesempatan ini tentu sangat menggembirakan mengingat semakin dekat penulis dengan sang idola dan hanya berjarak sekitar 3 meter dari penulis.
            Dalam acara talkshow ini menteri Pembangunan Daerah Tertinggal menyampaikan orasinya tentang perlunya keterlibatan PTAIS dalam memberdayakan masyarakat tertinggal, khususnya membudidayakan tanaman pangan pada lahan tidur yang sebelumnya belum diolah secara maksimal. dan setelah orasi  menteri Pembangunan Daerah Tertinggal selesai gantian bang haji menyampaikan orasinya tentang keseriusannya maju pilpres 2014 yang akan datang diusung dari Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ), dalam hal ini bang haji menyampaikan visi misinya bila terpilih menjadi RI 1.
            Setelah acara talkshow selesai dan bang haji di dapuk untuk menyanyikan satu buah lagu ciptaannya sendiri berjudul “ Keramat “ dalam iringan organ tunggal, meski sebenarnya bang haji menolak dengan alasan ada gangguan pita suaranya. kesempatan ini tidak penulis sia-siakan dengan jalan merekam dalam bentuk video.
            Setelah membawakan lagu ini penulis memberanikan diri bangkit dari kursi dan maju menuju kursi tempat bang haji duduk dan penulis ajak bersalaman sambil mengucapkan salam pada bang haji. Inilah kesan pertama penulis bersentuhan dengan kulit bang haji sambil tersenyum. Tidak itu saja setelah acara selesai penulis mencoba untuk duduk di lorong tengah tempat rombongan berjalan. Kesempatan ini penulis pergunakan untuk mencegat dan bersalaman dengan pak menteri yang dibelakangnya berjalan bang haji, dan tanpa pikir panjang bang haji penulis ajak bersalaman lagi dan di momen ini pula penulis bisa bercipika-cipiki ( salaman tempel pipi kanan-kiri ). Sayang di momen ini tak ada yang memotret penulis, masalahnya kamera penulis dalam genggaman penulis sendiri. Inilah momen terindah penulis ketemu dengan bang haji Rhoma Irama sepanjang hidup penulis yang tak mungkin terlupakan.
            Setelah acara di STAIMAFA selesai  penulis mencoba untuk bertanya kepada pengawal bang haji tentang jadwal kunjungan berikutnya, berdasar keterangan dari pengawal bang haji, jadwal berikutnya adalah berziarah ke makam waliyullah seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Tanpa pikir panjang rombongan bang haji langsung penulis kejar dengan jalan mendahului iring-iringan yang dikawal mobil patwal dari kepolisian. Rupanya penulis kecele tiba lebih dulu di makam waliyullah seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Rupanya rombongan pak menteri dan bang haji mampir dulu di masjid jami’ Kajen untuk bersholat dhuhur. Kesempatan ini juga tak disia-siakan penulis dan segera menuju untuk bergabung sholat dhuhur di masjid jami’ Kajen. Bahkan untuk yang ini penulis bisa berwudlu bersama dengan bang haji dan berfoto-foto di emperen masjid dan sekaligus penulis mencoba untuk menjadi pemandu wisata dadakan di lokasi masjid jami’ Kajen. Mengingat tuan rumah dalam hal ini gus Rozin (H. Abdul Ghaffarozin, M.Ed - ketua Staimafa ) tidak menyertai bang haji di masjid jami’ Kajen dan gus Rozin hanya menunggu di makam Kajen, otomatis rombongan pak menteri dan bang haji adalah orang luar Pati yang tak mengetahui sejarah dan situs kuno masjid jami’ Kajen yang di bangun waliyullah seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Dalam Sholat dhuhur ini bang haji di dapuk sebagai imam sholat.
 Penulis bersama " Satria Bergitar "

Bang Haji saat menjadi imam sholat dhuhur 

 Penulis ( berbaju hijau pupus ) sedang bercengkerama dengan bang haji di tangga masuk masjid jami' kajen 
jelang foto bareng sama para santri

            Setelah sholat dhuhur di masjid Kajen, bang haji melanjutkan berziarah di makam waliyullah seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Dan untuk yang kesekian kalinya penulis mencoba untuk mengejarnya sampai di makam Kajen. Dan penulis berkesempatan berziarah bersama-sama rombongan pak menteri, bang haji, PAMMI, Bupati Jepara dan gus Rozin sebagai tuan rumah. Setelah berziarah, berdasarkan keterangan dari gus Rozin yang penulis peroleh, rombongan pak menteri dan bang haji langsung menuju bandara Ahmat Yani Semarang untuk terbang kembali ke Jakarta.

 Duduk paling kiri Gus Rozin, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, bang haji Rhoma Irama dan penulis
 (berbaju hijau pupus ) duduk dibelakang bang haji di makam Waliyullah Seh KH. Ahmad Mutamakkin Kajen.


Bang haji Rhoma Irama bersama penulis sesaat sebelum meninggalkan makam Kajen

-          Foto-foto penulis peroleh dari bantuan/hasil jepretan pengawal bang haji yang telah baik hati pada penulis.

Minggu, 27 Oktober 2013

emak bapak




Emak dan Bapakku....... ! 

 

Bila ada mentari yang menyapa di pagi hari, aku selalu teringat padanya. Sosok seorang lelaki dan wanita yang begitu dekat dalam hidupku. Dia yang mengajariku  mengerti tentang hidup, pahit dan manis. Dia yang selalu  menanamkan cinta sepanjang masa hidupnya.
Emak dan Bapakku bukanlah apa-apa. Tak ada yang istimewa dari dirinya. Dia bukanlah wanita dan lelaki modern yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia hanyalah potret penderitaan  yang berkepanjangan. Demi aku, apapun dia lakukan, membanting tulang, memeras keringat, mengurai airmata, baginya itu hal yang biasa. “ Hidup memang tak harus dimulai dengan tertawa , nak ! saat kita pertama kali lahir ke duniapun kita sudah menangis “ . itu kata-kata yang selalu ia tuturkan padaku.
Saat ini aku baru tersadar, hidup memang tak mudah, hidup bagai anak sungai yang mengalir, berkelok-kelok menuju pantai. Ah... aku jadi ingat kata-kata emak dan bapakku, dulu dia sering mengatakan ini saat aku gagal meraih apa yang kuinginkan. Sambil mengelus-elus rambut di kepalaku, dia berkata “ Hidup adalah harapan, nak !. harapan yang selalu hadir seperti terbitnya sang mentari pagi “

Mari kita dukung gerakan mencintai kedua orang tua !

Jumat, 13 September 2013

guruku jadi sarjana



Guruku jadi Sarjana
                Pada Selasa 20 Agustus 2013 Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang mempunyai gawe besar mewisuda Sarjana ( S1 ) ke 63, Magister ( S2 ) ke 30, Doktor ( S3 ) ke 6 dan Diploma 3 ( D3 ) perbankan syariah ke 14. Jumlah keseluruhan wisudawan dan wisudawati mencapai 1.238, pada rapat senat terbuka di Aula II kampus 3 IAIN Walisongo Semarang. Dari jumlah tersebut 618-nya khusus untuk program kualifikasi S1 bagi guru-guru swasta MI  ( PGMI ) melalui Program Dual Mode System se Jawa Tengah yang tersebar di 4 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ). Ke empat STAIN tersebut adalah STAIN Kudus, STAIN Purwokerto, STAIN Salatiga dan STAIN Pekalongan sebagai LPTK Mitra dengan LPTK induk IAIN Walisongo Semarang.


            Penulis sendiri termasuk wisudawan dalam rumpun STAIN Kudus wilayah eks karesidenan Pati. Para wisudawan ini berasal dari berbagai fakultas, seperti Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ushuluddin, dan Program Pascasarjana.
            Pada wisuda kali ini penulis dan teman-teman yang terjaring program Kualifikasi S1 model Dual Mode System yang dititipkan ke LPTK mitra STAIN se Jawa tengah untuk yang pertama bertemu dengan “ Bapaknya yang sesungguhnya “, selama 4 tahun kuliah tidak pernah tahu dan menginjak kampus IAIN Walisongo, apalagi bertemu rektor beserta staf dan dosennya, sebab penulis sendiri di titipkan di STAIN Kudus sebagai LPTK Mitra, sehingga STAIN Kudus bagi penulis merupakan rumah sendiri dan sekaligus sebagai “panti asuhan anak titipan”. Tidak mengherankan bila penulis lebih mengenal luar dalam STAIN Kudus dari pada IAIN Walisongo. pada waktu diwisuda maju naik ke panggung menerima ijazah sambil bergumam “ inilah bapakku yang sebenarnya “ he..he .. lucu jadinya ...

 Siap Grak ! : teman-teman penulis di kelas B LPTK Mitra STAIN Kudus sesaat sebelum acara wisuda

Dalam kesempatan ini Rektor IAIN Walisongo Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. mengatakan, setelah wisuda kami berpesan 2 hal. Pertama, jangan berorientasi hanya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) saja, akan tetapi berwirausahalah. “Jadilah wirausaha atau pengusaha, insyaallah akan cepat berkembang dan sukses. Tanamkan jiwa wirausaha sejak dini. Yang terpenting jangan malu untuk kembali mengabdikan diri di kampung halaman sambil bertani,” tegasnya disela-sela sambutannya.
Muhibbin menambahkan, bagi yang berprestasi dan mampu secara finansial, teruskan cita-citamu untuk melanjutkan kuliah lagi di Magister (S2). Kalo ada beasiswa carilah beasiswa. Di IAIN juga banyak beasiswa S2.  “Raihlah cita-citamu setinggi langit, kalo sudah pintar tularkan ilmu yang kalian miliki,” tambahnya.

 Prof. Dr. H. Muhibbin , M.Ag. dalam sebuah sambutannya.


Penulis diantara temen-temen di depan gedung serba guna IAIN Walisongo Semarang




Emak dan Bapak : Doa dan restunya selalu tercurah buat penulis.


Terima kasih sayangku ! atas suportmu !


Murid penulis saat menyambut di markas besar MI. Tarbiyatul Athfal Bulumanis lor


Hore ! Guruku jadi sarjana !