Selasa, 28 Mei 2013

STAIN Kudus



STAIN KUDUS Kampus Hijau yang “ Bermutu dan Bermanfaat “

            Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. DJ.I/423/2009 tentang Program Peningkatan Kualifikasi Strata 1 ( S1 ) bagi guru Madrasah Ibtidaiyah dan Guru PAI pada sekolah melalui Dual Mode System ( DMS ) tahun  anggara 2009, maka resmilah penulis terjaring dalam program kuliah gratis yang dibiayai oleh Departemen Agama RI. Menyandang gelar sebagai “ Mahasiswa Tua “ menjadi beban tersendiri dalam menjalani masa-masa perkuliahan. Ini tak lain karena fisik dan daya fikir memasuki usia senja, sehingga setiap kali dikuliahi kalau tak di ingat-ingat betul akan cepat hilang, seperti pepatah bilang “ belajar di waktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar diwaktu dewasa bagai mengukir diatas air “

Logo STAIN Kudus


            Pengalaman menjadi mahasiswa tua ini penulis jalani  bersama-sama ratusan bahkan ribuan guru se Indonesia yang senasib belum sarjana dan kadung mengajar puluhan tahun, untuk wilayah Jawa Tengah yang ketiban sampur mengelola program DMS ini adalah IAIN Walisongo semarang sebagai LPTK Induk dan dititipkan kepada LPTK Mitra yaitu STAIN  Kudus, STAIN Purwokerto, STAIN Pekalongan dan STAIN Salatiga. Dan STAIN Kudus dititipi mahasiswa dari Kab.  Pati, Blora, Kudus dan Jepara. Untuk penulis yang berasal dari Kabupaten Pati bersama-sama dengan guru yang lain berjumlah ± 123 guru, dan kelas B yang penulis tempati berjumlah 32 mahasiswa.
            Hari efektif perkuliahan dua hari perminggunya yaitu jumat dan sabtu dari jam 07.30 – 17.00. karena selain tugas kuliah tugas utamanya adalah sebagai guru yang harus mengajar peserta didik di sekolah masing-masing. Praktis selama empat tahun tak mengenal libur, sebab libur sekolah kebanyakan di MI hari jumat. dan bagi guru yang mempunyai tugas sebagai khotib jumat harus cuti selama empat tahun pula.
Usia senja kadang menjadi kendala tersendiri, terutama di musim hujan, kehujanan sedikit saja tubuh sudah meriang semua, dijalanan harus berjibaku dengan bus, truk dan kendaraan yang lain, dimana penglihatan sudah mulai rabun,  belum lagi membagi kesibukan berbagai profesi antara lain sebagai kepala dan ibu rumah tangga bagi anak-anaknya, tugas mengajar, menjalankan roda organisasi sosial masyarakat dan keagamaan di desa, mencari nafkah bagi keluarga, dan tugas seabrek yang lain telah menunggu untuk di laksanakan.
            Masa perkuliahan yang berumur empat tahun terasa seperti sepuluh tahun lamanya. namun dibalik semua itu masa perkuliahan juga menjanjikan masa rehat dari tugas rutin sehari-hari sebagai guru , hari jumat dan sabtu kecuali sebagai hari efektif kuliah, juga bisa dijadikan sebagai ajang kumpul-kumpul tukar pikiran dan pengalaman, entah itu debat tentang keagamaan, olehraga, seni dan budaya,  juga kongko-kongko di perpustakaan. belum lagi kalau dosennya kosong bisa dijadikan wahana guyonan yang tak kalah meriahnya melebihi yang muda-muda.

 Penulis di depan kampus STAIN Kudus (foto by Mustain Wahid)

            Untuk penulis kecuali mengajar di MI. Tarbiyatul Athfal Bulumanis lor, juga mengajar di MA Perguruan Islam Al-Hikmah Kajen, sehingga pada waktu penulis kuliah sering ketemu mahasiswa reguler mantan murid penulis dari MA Al-Hikmah Kajen. Rasa malu kadang menghantui penulis disaat ketemu mantan murid dari MA.Al-Hikmah, tapi sekaligus  merasa bangga bahwa belajar tak mengenal usia meski sudah tua dan ubanan.
            STAIN Kudus yang penulis tempati kuliah, sejatinya hanyalah menerima titipan dari IAIN Walisongo Semarang. Namun karena yang ngajar adalah semua dosen dari STAIN Kudus, ibarat masakan meski berstatus mahasiswa IAIN Walisongo tetapi rasa STAIN Kudus, ibarat anak titipan lebih mengenal bapak angkatnya dari pada bapak yang sesungguhnya. Dan  seluruh mahasiswa DMS titipan di STAIN Kudus kadung jatuh cinta pada STAIN Kudus.
            STAIN Kudus yang beralamatkan di Jalan Conge Ngembal Rejo PO BOX 51
Kudus Jawa Tengah,  didirikan berdasarkan pada Surat Keputusan Presiden Nomor 11 Tanggal 21 Maret 1997 bertepatan dengan Tanggal 12 Dzulqaidah 1417 H.
Eksistensi STAIN Kudus tidak dapat terlepas dari sejarah berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Indonesia yaitu Institut Agama Islam Negeri. Di samping itu, keberadaan IAIN sendiri tidak terlepas dari pasang surutnya perjuangan Islam di Indonesia terutama dalam bidang Dakwah Islamiyah.
            Pada bulan Maret 1997 keluar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997 tentang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Dengan berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, maka Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang berada di Kudus beralih status dan berdiri sendiri menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus atau yang sekarang lebih dikenal sebagai STAIN Kudus.
Setelah berdiri sendiri menjadi STAIN Kudus, Fakultas Ushuluddin menjadi Jurusan Ushuluddin dan kemudian STAIN Kudus berhasil mengembangkan menjadi beberapa jurusan menjadi jurusan Ushuluddin, Tarbiyah, Syari'ah dan Dakwah. Kini di tahun akademik 2013 / 2014 STAIN Kudus telah membuka program pasca sarjana ( S2 ) yaitu Magister Ekonomi Syari’ah (ES) dan Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI).


 Gedung Rektorat STAIN Kudus (foto by Mustain Wahid)

Gedung Laboratorium STAIN Kudus (foto by Mustain Wahid)

Gedung Perkuliahan J dan K STAIN Kudus (foto by Mustain Wahid)

Lapangan Tennis dengan latar belakang gedung pasca sarjana STAIN Kudus 
(foto by Mustain Wahid)


            GOR STAIN Kudus yang cukup megah (foto by Mustain Wahid)

Air Muncrat di halaman gedung rektorat STAIN Kudus 
(foto by Mustain Wahid)

Papan nama STAIN Kudus yang cukup artistik (foto by Mustain Wahid)

Teman-teman penulis di kelas B program DMS sedang bergaya, semuanya tua-tua 
bahkan sebagian ada yang telah diwisuda Allah sebelum diwisuda perguruan alias almarhum.
(foto by Mustain Wahid)

Warung makan Pak/bu Hadi tempat kami mencari sarapan dan makan 
(foto by Mustain Wahid )

Ibu Siti Malaiha Dewi salah satu dosen dan aktifis Pusat Study Gender
STAIN Kudus saat mengajar penulis
(foto by Mustain Wahid )

8 komentar: