Minggu, 31 Maret 2013

Masa Kecilku 4 ( panggalan )



Panggalan
Panggalan atau yang lebih populer disebut gasing, merupakan permainan yang mendunia. Hampir diberbagai belahan dunia mainan gasing ini ada. Asal usul mainan gasing ini tidak jelas berasal dari negara mana gasing ini berawal. Gasing ini diberbagai belahan dunia memiliki corak dan macam yang berbeda-beda, ada yang terbuat dari kayu, bambu, plastik, bahkan ada yang membuatnya dari bahan besi.
 Model Panggalan (foto repro)
Gasing atau di Jawa terkenal dengan “panggalan”  umumnya terbuat dari bahan kayu yang dibubut dengan mesin bubut. Kayu terbaik untuk bahan panggalan ini adalah kayu petai cina ( petet ). Karena kayu ini memiliki tekstur padat dan kuat, ini dimungkinkan panggalan tak mudah pecah saat dimainkan. Panggalan ini baru bisa dimainkan bila ada alat untuk memainkannya, alat tersebut bernama “ Uwet”, uwet ini semacam tali yang dipilin terbuat dari serat kayu kering ( agel ) yang panjangnya mencapai sekitar satu meteran lebih. Uwet ini dipilin dari besar di pangkalnya dan terus menerus dipilin agak mengecil di ujung satunya. Uwet ini kemudian dililitkan pada leher gasing dengan kencang kemudian gasing ini dilempar pada tanah dan seketika itu tali uwet tersebut ditarik, sehingga gasing yang terlempar dan tertarik ini akan berputar kencang setelah mendarat dipermukaan tanah.
Cara memainkan panggalan :
            Untuk memainkan panggalan dibutuhkan keahlian dan latihan-latihan khusus, panggalan biasanya dimainkan bersama-sama dengan pemain yang lain, biasanya empat sampai enam pemain tergantung kenbutuhan. Langkah-langkah memainkannya :
1.      Semua peserta/ pemain melempar gasing secara bersama sama di permukaan tanah setelah di beri aba-aba terlebih dahulu, maka gasing akan berlomba berputar selama mungkin, gasing yang berhenti berputar terlebih dahulu disebut gasing mati, berarti pemain tersebut mendapat julukan “ukek”, gasing yang mati kedua mendapat giliran pemukul pertama, gasing yang mati ke tiga mendapat giliran pemukul ke dua dan seterusnya. ukek ini nantinya akan melempar gasing pertama kali untuk dipukul pemain ke dua dan seterusnya.
2.      Ukek melempar gasing di permukaan tanah, kemudian gasing ukek ini akan dipukul oleh pemain yang mati kedua, kemudian gasing urutan kedua ini akan dipukul pemain ketiga dan seterusnya.
3.      Bila gasing yang dipukul pemain pemukul ini masih berputar dan tidak mati, maka pemain yang gasingnya masih berputar ini naik peringkatnya.
4.      Pemain pemukul gasing yang mengalami kegagalan dalam memukul mendapat julukan “kebluk”, kebluk ini biasanya dalam memukulnya tidak mengenai gasing lawan, sehingga hanya mengenai tanah. Pemukul kebluk ini mendapat hukuman menjadi ukek, artinya pemain kebluk tidak berhak memukul melainkan hanya melempar gasing untuk dipukul lawan.
 Main panggalan (foto repro kaskus)
Hukum dan aturan main panggagalan / gasing ini diwariskan turun temurun sejak zaman nenek moyang sampai sekarang. Penulis kecil dulu juga termasuk maniak panggalan ini, penulis dahulu sering main panggalan ini biasanya kalau pas bulan ramadhan, bersama-sama teman satu pesantren, main panggalan ini biasanya setelah sholat asar sampai menjelang magrib, hitung-hitung nunggu berbuka puasa sambail main panggalan.
Main panggalan ini tidak ada waktu atau musim yang pasti, sifatnya hanya musiman, kalau pas musim ya pada main semua, kalau tidak musim ya bisa bertahun-tahun tidak main panggalan. Yang perlu  diperhatikan dalam main panggalan ini adalah penonton atau pemain tidak boleh berada dalam posisi di tempat tempat terpentalnya panggalan ini, sangat dimaklumi bila panggalan yang terpental akibat dari pukulan lawan ini bisa mengenai pemain atau penonton, maka disarankan penonton melihat dari kejauhan.

Sabtu, 23 Maret 2013

Masa Kecilku 3 ( gerobak sapi )



Gerobak Sapi sarana transportasi jadul

                Gerobak sapi atau didaerah lain di sebut cikar sapi merupakan salah satu moda transportasi jadul ( jaman dulu ) yang tak lekang dimakan zaman. Sewaktu penulis masih anak-anak gerobak sapi ini menjadi andalah dalam transportasi pengangkutan barang-barang dan material bangunan. Bahkan di jaman yang serba mesin ini gerobak sapi di wilayah-wilayah terpencil masih menjadi andalan dalam pengangkutan barang.
Rangka bak gerobak sapi ini kebanyakan terbuat dari kayu yang berpenutup papan kayu, bak gerobak sapi ini dihubungkan dengan sasis terbuat dari kayu juga yang disambung dengan pedati sebagai tempat tarikan sapi. Pedati sapi ini ada yang tunggal dan ada yang ganda, pedati tunggal ditarik seekor sapi, sedangkan pedati ganda ditarik dua ekor sapi. Kemudian ditengah sasis ini dipasang as roda  yang terbuat dari besi sebagai tempat menaut roda gerobak. Roda gerobak ini biasanya terbuat dari kayu yang dibantali karet sebagai peredam getar dengan ditengah-tengahnya dipasang jeruji dari kayu juga, dan ada roda yang terbuat dari ban bekas kendaraan modern semisal truk dan mobil saat ini. gerobak sapi ini ada yang didesain menggunakan atap dan ada yang tidak menggunakan atap.
 Gerobak sapi pedati ganda yang ditarik dua ekor sapi ( foto repro wordpress)
 Atap gerobak sapi ini biasanya terbuat dari jalinan bambu yang dirajut dengan tali yang terbuat dari sabut/suwo pohon aren, sebangsa pohon sagu. Suwo aren ini dijalin menjadi tali yang bernama “ Duk “ berwarna hitam. Dari jalinan bambu  yang dirajut tali duk inilah yang disebut dengan “ empyak”, empyak ini sebagai tempat untuk menautkan atap rumbia yang dipakai untuk mengatapi gerobak sapi.
Gerobak sapi ini adalah kendaraan yang tak mengenal grusa-grusu, artinya kecepatan lajunya hanya seirama dengan laju jalan sapinya, dapat dimaklumi sapi adalah hewan yang jarang berlari, beda dengan sapi yang dipakai untuk karapan sapi di Madura Jawa Timur, karena sapi karapan sejak usia muda memang dilatih dan diciptakan untuk berlari kencang. Sehingga gerobak sapi ini bila melaju dijalan raya biasanya menjadi biang macet, masalahnya kendaraan dibelakangnya ikut pelan sesuai dengan jalannya sapi, dan tentunya dibelakang gerobak sapi kendaraan bisa macet mengular ke belakang.
Gerobak sapi ini menjadi satu-satunya kendaraan yang paling berkesan bagi penulis kecil. Betapa tidak hampir setiap hari gerobak sapi ini melintas di jalan depan rumah penulis kala itu. Entah itu mengangkut pasir, batu kali, bata merah, kayu, atau hasil penen padi. boleh dikata gerobak sapi menjadi andalan angkutan barang sebelum adanya mobil pickup, truk dan angkutan bermesin yang lain. Gerobak sapi ini memiliki suara yang khas yang masih terngiang-ngiang di telinga penulis, dengan suara “ glodak-glodak “ nya. Mengingat jalan kala itu masih berbatu dan belum beraspal seperti sekarang ini. suara glodak-glodak nya itu seakan seperti undangan kepada anak-anak kecil seusia penulis kala itu untuk turut ikut menumpang, menumpang gerobak sapi bila keadaannya kosong, tapi bila gerobaknya penuh muatan biasanya terkenal dengan “ nggandul “. Nggandul ini berisiko terjatuh, mengingat anak-anak kala itu bergelantungan di rantai besi yang tertambat dibelakang bak gerobak sapi. Nggandul ini merupakan hobi penulis kecil, meski kadang pulangnya jalan kaki juga, tapi puas rasanya bila nggandul gerobak sapi ini bisa jauh.
Gerobak sapi ini dulu sangat populer di era tahun 70 an sampai pertengahan tahun 80 an. Setelah adanya colt pickup dan truk, peran gerobak sapi ini pelan dan pasti mulai tergeser dengan moda transportasi modern. Nggandul gerobak sapi ini tak berarti tak berisiko, kecuali berisiko jatuh kadang berisiko dimarahi sang kusir pemilik gerobak sapi ini.
 Gerobak sapi pedati tunggal (foto repro antara)

Kini di jalanan raya yang mulus telah jarang dijumpai gerobak sapi yang melintas, karena gerobak sapi ini telah kalah segala-galanya dengan moda transportasi modern, kalah dengan kecepatan, kalah dalam waktu hantar, kalah dalam bermanufer dan kalah yang lainnya. Karena semakin langka itulah bila penulis bepergian tiba-tiba ada gerobak sapi yang melintas, seakan keberadaannya membawa lamunan penulis akan nostalgia masa anak-anak penulis dulu. Tidak heran banyak kalangan seniman lukis mengabadikan gerobak sapi ini dalam tema lukisannya, bahkan ada orang kaya yang rela merogoh puluhan juta demi memiliki gerobah sapi yang telah aus untuk dijadikan pajangan dalam taman rumahnya. Di Jogjakarta juga ada seniman nyentrik Afandi ( Alm) menjadikan galerinya didesain seperti gerobak sapi, karena gerobak sapi ini menurut penulis merupakan warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan bagi anak-anak cucu yang akan datang.

Kamis, 21 Maret 2013

Singobrojonoto sesepuh Desa Bulumanis lor



Singobrojonoto Sesepuh Desa Bulumanis lor


Realitas Fisik Desa Bulumanis lor :
Desa Bulumanis lor merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak di bagian pesisir utara Kecamatan Margoyoso. Desa Bulumanis lor termasuk desa kategori menengah di bidang ekonomi, namun dari segi pendidikan desa Bulumanis lor termasuk desa yang cukup maju.
Desa Bulumanis lor merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati yang berbatasan dengan wilayah  sebagai berikut :
-          Sebelah utara                    : Desa Cebolek Kecamatan Margoyoso
-          Sebelah Timur                   : Laut Jawa
-          Sebelah selatan                 : Desa Bulumanis Kidul Kecamatan Margoyoso
-          Sebelah barat                    : Desa Cebolek  Kecamatan  Margoyoso 

Realitas Sosial :
Masyarakat Desa Bulumanis lor merupakan masyarakat yang heterogen. Hal ini ditandai dengan anekaragam  mata pencarian penduduk, mulai dari petani sawah dan tambak, buruh tani, pedagang, pegawai, guru, pengusaha, jasa dan lain sebagainya.
Desa Bulumanis lor merupakan desa agraris, karena sepertiga bagian wilayah Desa Bulumanis lor adalah sawah dan tambak. hal ini terbukti hampir separo penduduk desa Bulumanis lor bermata pencarian sebagai petani tambak dan sawah. sehingga kalau hasil pertanian dan tambak jatuh, maka dapatlah diartikan jatuh pula ekonomi (daya beli ) masyarakat Desa Bulumanis lor.
Meskipun dari segi ekonomi masyarakat Desa Bulumanis lor kurang berkembang, namun masyarakat Desa Bulumanis lor sudah banyak yang berfikir maju baik segi pendidikan, kebudayaan, peribadatan dan lain-lain.
Kegiatan keagamaan dan pendidikan  pun sangat maju dan di kelola dengan  baik pula diantaranya terdapat 1 masjid yang cukup megah berlantai II, 9 mushola, 1 Taman Kanak-kanak Islam, 1 TPQ, 1 Madrasah Ibtidaiyah,  1 Madrasah Tsanawiyah dan 1 Sekolah Dasar Negeri.

Setting Budaya Sosial :
Masyarakat Desa Bulumanis lor merupakan masyarakat yang kompleks, kaya dan miskin merupakan suatu hal yang biasa, namun masyarakatnya masih menjunjung nilai-nilai norma kesusilaan, kesopanan, saling hormat menghormati , tolong- menolong dan norma-norma lain yang berlaku di masyarakat.
                Seperti masyarakat pedesaan pada umumnya, penduduk Desa Bulumanis lor masih memegang adat istiadat Jawa yang diakulturasikan dengan ajaran agama Islam. Hal ini terlihat dalam masyarakat ada acara-acara keluarga seperti : mitoni,mitung dino, matang puluh, nyatus, nyewu dan lain-lain.
                Masyarakat Bulumanis lor juga masih mempunyai kebersamaan dalam bermasyarakat, hal ini  dapat dilihat dalam kegiatan membangun rumah model sambatan ( menolong ikut kerja bhakti tanpa di beri imbalan), lebotan ( ikut kerja disawah tanpa digaji bersifat gantian ) .

Asal usul Singobrojonoto :
Singobrojonoto adalah sebutan seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai cikal bakal desa Bulumanis lor, keberadaannya begitu sentral bagi warga desa Bulumanis lor. Singobrojonoto hidup kira-kira tahun 1680 an – 1710 an, atau boleh dikata Singobrojonoto hidup seangkatan dengan Mutamakkin, seorang ulama besar dan wali  di desa Kajen Margoyoso, ini dapat dirunut ketika Mutamakkin mendarat setelah dimuntahkan dari perut ikan mladang di pantai Bulumanis  kala itu, Mutamakkin konon di tolong oleh beberapa penduduk setempat dan menetap di desa Bulumanis lor beberapa hari. Ketika Mutamakkin menetap inilah beberapa versi sejarah menceritakan Singobrojonoto ini menjenguk dan sekaligus ikut berguru dan berdiskusi tentang ilmu agama, sosial dan tata kelola desa.
 Cungkup Pusara Singobrojonoto di pemakaman umum desa Bulumanis lor
Singobrojonoto ini menurut sejarah mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Singobarong yang kini keberadaannya di makam di desa Dukuhseti Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Singobrojonoto ini menurut cerita dari orang tua penulis dan orang tua penulis juga mendapat cerita dari mbah-mbah terdahulu, kalau dilihat dari namanya ada dua skenario yang penulis jadikan acuan :
-          Bukan tokoh asli dari Bulumanis lor :
Gelar Singo biasanya disandangkan kepada bangsawan dari daerah Ponorogo atau Kediri di Jawa timur berdasar kedikdayaan dan kekuatannya. Menurut gelar ini dapatlah dikatakan Singobrojonoto adalah tokoh pendatang yang datang ke Bulumanis lor.
-          Tokoh asli Bulumanis lor :
Nama Singobrojonoto kalau diartikan menurut cerita para orang tua terdahulu , Singo berarti galak, tegas, berprinsip, bervisi. Brojo ( ada yang mengatakan Projo )berarti generasi, masyarakat, penduduk. Noto berarti menata, mengatur,membuat. Bila diartikan bersama berarti  “orang yang tegas dan bijaksana dalam mengatur masyarakat”.

Sangatlah dimaklumi bila ada sebagian orang yang berpendapat bahwa Singobrojonoto adalah kepala suku masyarakat Bulumanis lor atau bisa dikata Singobrojonoto adalah sesepuh yang dituakan bagi masyarakat Bulumanis lor kala itu berkat kepiawaiannya dalam mengatur tata kehidupan masyarakat Bulumanis lor. Kemudian siapa istri dan anak-anak Singobrojonoto ? sampai saat ini tidak ada sejarah atau pakem atau apalah yang bisa dijadikan acuan, sehingga keberadaan silsilah Singobrojonoto ini tak satupun penduduk desa Bulumanis lor yang mengetahui, tahunya adalah Singobrojonoto adalah sesepuh dan cikal bakal desa Bulumanis lor.
Penulis kadang juga merasa heran, mengapa orang-orang tua terdahulu kok tidak ada satupun yang menulis sejarah tentang Singobrojonoto ?. kalaupun ada yang tahu, karena tidak ditulis atau tak pernah dipublikasikan ke umum, sehingga sebagai generasi penerus seangkatan orang tua penulis banyak yang tidak tahu sejarah tentang Singobrojonoto ini, apalagi seumur penulis.

Singobrojonoto dan sendang SOPO :
                Didesa Bulumanis lor tepatnya di RT. 01/04 terdapat sebuah sendang ( telaga ) yang bernama “ sendang Sopo “. Sendang sopo ini dulu ketika penulis masih anak-anak sering dipakai untuk mencuci pakaian, memancing, berenang, dan berwisata lokal desa Bulumanis lor. Sendang sopo ini ada kaitan sejarah dengan Singobrojonoto dan adiknya yang bernama Singobarong yang berada di Dukuhseti Tayu. Konon Singobrojonoto setelah mantap tinggal di Bulumanis lor dan adiknya Singobarong yang berkeinginan merantau di daerah lain ( Dukuhseti ) merasa kesepian berpisah dengan saudara. Untuk mengingat dan menjaga tali silaturahim kedua kakak beradik ini sepakat membuat sumur yang satu berada di Bulumanis lor dan yang satunya berada di Dukuhseti, sumur ini didalam bumi terdapat saluran yang menghubungkan kedua sumur ini, sehingga keterkaitan air ini menjadi penyambung emosi kedua kakak beradik ini, padahal  antara Bulumanis lor dengan Dukuhseti berjarak sekitar 17 Km. Sumur yang  telah berubah menjadi sendang inilah di beri nama “ SOPO “, yang mengandung arti sopo berarti disapa, ditengok atau diziarahi.
 Sendang Sopo di siang hari
                Waktu penulis masih kecil hal-hal ganjil yang tidak masuk akal sering dijumpai di sendang sopo ini, diantaranya adalah terjadinya perubahan air sendang, yang semula bening tiba-tiba berubah keruh seperti air banjir. Konon kenapa air di sendang tiba-tiba berubah ? ini tak lain di desa Dukuhseti terjadi hujan dan banjir, sehingga airnya sampai juga di sendang sopo di Bulumanis lor. Begitu sebaliknya, bila di Bulumanis lor terjadi hujan dan banjir, sendang yang ada di Dukuhseti juga mengalami keruh seperti banjir.
                Tidak hanya itu disendang sopo menurut cerita orang tua penulis dulu di sendang sopo dihuni oleh beberapa mahluk halus yang tak terlihat oleh mata, diantaranya yang paling disebut-sebut masyarakat Bulumanis lor adalah mahluk halus yang bernama “Ubel”. Ubel ini adalah mahluk halus berbentuk seperti ular tetapi badannya lebar dan pipih, ubel ini biasanya akan meminta tumbal seorang anak yang kebetulan berenang di tengah sendang dan tenggelam di tenggelamkan sang ubel tersebut sampai keesokan harinya, konon dulu sendang sopo banyak menelan korban-korbannya.
                Penulis dulu sering protes kepada orang tua gara-gara si Ubel tersebut, kalau penulis berenang dan ketahuan orang tua, pasti ujung-ujungnya akan kena marah habis-habisan, mengingat sendang sopo termasuk salah satu sendang yang dikeramatkan bagi sebagian besar masyarakat Bulumanis lor, sehingga tidak boleh dikencingi, dikotori, atau dipakai hal-hal yang tidak baik.

Sendang Sopo riwayatmu kini :
                Sendang sopo saat ini keadaannya sangat mengenaskan sekali, seiring dengan laju kepadatan penduduk disekitar sendang, dan juga hilangnya mitos-mitos yang tidak masuk akal. Sendang sopo yang dulu di keramatkan, dan dirawat sebagai bahan baku air untuk keperluan mencuci dan mandi. kini berubah fungsi menjadi tempat pembuangan air limbah dari rumah tangga sekitar sendang, air yang dulu jernih bersih mengalir, kini berubah menjadi kehitaman dan berbau, sumber air yang dulu mengalir dengan derasnya, kini seakan sendang sopo kehilangan fungsinya sebagai sumber air, diperparah dengan aneka sampah yang sengaja dibuang oleh warga sekitar menambah dangkal dan luas sendang menjadi sempit. Legenda keindahan sendang sopo kini berubah menjadi kubangan air limbah yang menghitam. 
 Sendang sopo yang telah menghitam

Singobrojonoto dan kesenian barongan :
                Ada fenomena yang dianut turun temurun oleh masyarakat kelas abangan, sehubungan dengan kesenian barongan, ada mitos yang mengatakan bahwa Singobrojonoto dulu mengagumi kesenian barongan, sehingga kalau ada upacara bersih desa (sedekah bumi)  panitia yang menangani sedekah bumi ini selalu nanggap ( mendatangkan ) barongan, bila tradisi nanggap barongan ini ditiadakan pastilah ada bencana pagebluk, pagebluk adalah matinya warga desa Bulumanis lor beriringan satiap hari ada orang yang mati selama kurang lebih 1-2 minggu. Ini dipahami oleh warga abangan sebagai bentuk murkanya Singobrojonoto atas kesalahan anak-anak cucunya yang tidak nanggap kesenian barongan.
                Fenomena ini kadung dipercaya turun temurun oleh warga abangan desa Bulumanis lor, sehingga sampai sekarang acara sedekah bumi tak lepas dari naggap barongan tersebut. Menurut sebagian masyarakat golongan tua yang mengerti sejarah nanggap barongan itu bukan berawal dari kesenangan Singobrojonoto, melainkan dahulu ada orang kaya (penulis lupa namanya)  yang kebetulan abangan pula, punya hajat menghitankan anaknya dan menaggap barongan, dari sini ternyata kesenian barongan mendapatkan hati bagi sebagian masyarakat desa Bulumanis lor, maka nanggap kesenian barongan ini berlanjut sampai saat ini.
                Penulis sampai saat ini statusnya masih sebagai panitia acara sedakah bumi sekitar 15 tahunan sampai sekarang, kebetulan sebagian besar panitia dihuni oleh orang-orang yang boleh dikata taat beragama ( bukan pamer lho ! ), pernah membuktikan apakah benar mitos kalau tidak nanggap barongan akan ada pagebluk ? ternyata, panitia pernah di tahun 2005 tidak nanggap barongan, dan ajaib, ternyata juga tidak terjadi apa-apa, padahal kala itu kalau dikatakan kualat mestinya yang kualat dulu kan panitia, ternyata juga tak terjadi apa-apa. Meski kala itu panitia mendapat kritikan pedas dan olok-olokan dari kaum yang kadung percaya dengan mitos pagebluk.
                Kesenian barongan saat ini telah mengalami metamorfosa dalam berkesenian, dulu kesenian barongan berisi hanya banyolan dan saru-saruan yang tidak mendidik, kini kesenian barongan lebih menonjolkan atraksi-atraksi yang menarik, semisal jaran kepang makan beling, makan padi dan atraksi-atraksi yang lain, disaat orang sudah mapan dalam beragama, kesenian barongan kini telah diisi dengan sholawatan dan ajaran-ajaran adi luhung bangsa. Sehingga panitia saat ini masih menanggap barongan sebagai bentuk apresiasi terhadap pelestarian budaya bangsa dan bukan alasan takut kualat dengan Singobrojonoto. Sebab kalau tidak ditanggap kesenian barongan ini akan hilang dan artinya sejarah kesenian barongan akan lenyap dari bumi pertiwi tercinta ini.

Nguri-Nguri warisan leluhur :
                Singobrojonoto yang telah wafat dan tidur panjang ini dimakam disebuah cungkup (bangunan rumah )yang cukup besar di tengah-tengan makam/kubur desa Bulumanis lor , cungkup ini dibagi menjadi dua kamar atau bilik, bilik satu sebagai pusara Singobrojonoto dan tempat peziarah, sedangkan bilik kedua dipakai untuk kegiatan umum seperti :
-          Khataman Al-Quran binnadzor/ bilghoib.
-          Tempat “ Manganan “ ( syukuran ), manganan dari kata mangan yang berati makan, biasanya warga desa Bulumanis lor yang punya hajat terkabul atau akan punya gawe/ hajat biasanya sehari menjelang hajatan entah itu ngunduh mantu atau khitanan akan menyelenggarakan manganan ini, yang berupa nasi satu dunak (wadah menyerupai embor terbuat dari anyaman bambu) dan lauk pauk satu ekor ayam utuh bumbu santan. Ada juga yang mengunakan lauk pauk dari kambing yang disembelih di sekitar makam. Tradisi ini turun temurun yang diakulturasikan dengan ajaran islam yaitu shodaqoh memberi makan bagi warga sekitar makam. Manganan ini biasanya didahului dengan nyekar (menabur bunga di pusara) Singobrojonoto oleh juru kunci makam dilanjutkan dengan menbaca tahlil bersama-sama. Setelah acara tahlil selesai acara manganan berlanjut ke inti acara yaitu memakan bersama-sama nasi manganan tersebut.
-          Tempat khalwat ( tapa ), biasanya orang-orang yang berkhalwat di bilik ini adalah orang orang yang sedang nglakoni/menjalani ritual tertentu. Biasanya para calon yang kepingin nyalon kepala desa sekedar mencari wangsit atau kalau beruntung bisa melihat syukur-syukur ketiban pulung mendapatkan tongkat komando dari petinggi Wonojoyo, petinggi pertama Desa Bulumanis lor (baca juga entri kepala desa Bulumanis lor dari masa-ke masa).
Juga biasanya bagi orang-orang yang ingin mendapatkan ketenangan batin.
 Sisi dalam bilik utama cungkup Singobrojonoto

Peringatan Houl Singobrojonoto :
                Singobrojonoto ini juga diperingati setiap tahunnya ( houl ) oleh warga masyarakat desa Bulumanis lor, peringatan houl ini biasanya diperingati setiap tanggal 10,11 dan 12 Rabiul awal, berbarengan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. dengan rentetan acara tahtiman Al-Quran binnadzor putra-putri, tahtiman Al-quran bilghoib, festifal rebana, tahlil umum, karnafal marching band,  pengajian umum, ganti dan lelang luwur ( slambu penutup pusara )dan manaqiban penutup acara.
 Pusara Singobrojonoto

Destinasi Wisata religi :
                Makam Singobrojonoto ini kecuali diziarahi bagi masyarakat desa Bulumanis lor setiap kamis sore dan jumat, juga sering diziarahi dari pendatang luar daerah yang masih ada kaitan kekeluargaan dan kekerabatan dengan masyarakat Bulumanis lor. Baik itu yang sudah berkeluarga di Jakarta, Bandung, Semarang dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.