Senin, 20 Februari 2012

Kepala Desa Bulumanis lor dari masa ke masa

                Desa Bulumanis lor Kec. Margoyoso Kab. Pati semenjak terbentuk pada zaman Hindia belanda sampai sekarang tercatat telah memiliki Kepala Desa ( petinggi ) sebanyak 6 kali :

NO
NAMA
ALAMAT
TAHUN
1
Wonojoyo
Jl. Wonojoyo RT.03 / 03
Zaman Hindia Belanda
2
Kartodikromo ( petinggi tuwo )
Jl. Kampunganyar RT.02/02
Peralihan Belanda - RI
3
Lukito
Jl. Kampunganyar RT.02/02
1940 – 1965 ( Orde Lama )
4
Ichwan Soeyoethi
Jl. Kampunganyar RT.02/02
1965 – 1988 ( Orde Baru )
5
H. Hambali, SH.
Jl. Kampunganyar RT.02/01
1988 - 2008 ( dua periode )
6
Abdul Fatah
Jl. Wonojoyo RT.03 / 03
2009 - sekarang

Wonojoyo :

                Petinggi Wonojoyo, menurut cerita para mbah-mbah penulis dulu merupakan petinggi zaman feodal ( Hindia Belanda ). Masih berpakaian beskap berblangkon dan bergaya priyayi zaman walondo. Lokasi rumah petinggi Wonojoyo dulu menempati lahan yang sekarang menjadi milik keluarga besar almarhum Nurhadi ( mantan carik era Ichwan Soeyoethi ).

Konon petinggi Wonojoyo mempunyai kuda yang gagah dan tongkat komando yang biasanya dipakai untuk keliling desa dan mengkomando tugas-tugas petinggi. Tongkat komando tersebut tidak berupa tongkat komando pada umumnya, melainkan sebuah tongkat kayu berwarna hitam. Tongkat tersebut sampai sekarang masih misteri dimana keberadaannya. Namun wacana publik desa Bulumanis lor, tongkat komando tersebut tersimpan secara misteri ( tidak bisa terlihat dengan  mata )di makam Mbah Singobrojonoto (seorang tokoh cikal bakal desa Bulumanis lor).Tongkat tersebut biasanya akan nampak wujudnya bila di desa Bulumanis lor akan ada pemilihan kepala desa, sehingga banyak calon kepala desa yang akan maju nyalon sering bermalam dan berkalwat di ruang samping makam Mbah Singobrojonoto, itung-itung bisa melihat atau mendapat tanda-tanda akan jadi kepala desa.

Untuk mengenang jasa petinggi pertama desa Bulumanis lor tersebut, nama Wonojoyo diabadikan sebagai nama jalan desa paling selatan dari desa Bulumanis lor nama sebuah tambak milik desa.

Kartodikromo ( petinggi tuwo ) :

                 Bekas Pintu Gerbang yang masih hingga sekarang
                        Petinggi ini mendapat julukan petinggi tuwo, menurut cerita orang tua, petinggi ini kecuali berperawakan tua juga  mempunyai perilaku yang bijaksana dan kebapak-bapakan, sehingga mendapatkan julukan  “ tuwo ”. Lokasi rumah petinggi Kardikromo ini di jalan Kampung anyar / jalan Kepala Desa RT. 02 /RW.02. peninggalan arkeologis masih bisa dilihat sampai sekarang, berupa gapura ( pintu gerbang ) rumah Kartodikromo. Dahulu masih utuh dua buah kanan dan kiri, namun sewaktu PLN memasang tiang listrik gapura sebelah timur tergusur dan dirobohkan.

                Kecuali terkenal dengan sebutan tuwo, Kartodikromo semasa hidup sangat gemar mengoleksi benda-benda antik semisal keris, tumbak dan benda-benda lain yang dianggap punya kekuatan gaib. Juga Kartodikromo dikenal sebagai tokoh yang mempunyai kejadukan dan ilmu linuwih. Ini terbukti dahulu banyak maling yang menyatroni warga desa Bulumanis lor tak bisa bergerak dan hanya bingung di lokasi tempat mereka akan maling, ini berkat pagar gaib yang dipasang Kartodikromo. Suatu waktu ada maling mengambil buah kelapa yang masih di pohon, kebetulan keberadaan maling tersebut ketahuan Kartodikromo, maka hanya dengan ditunjuk pakai telunjuk Kartodikromo, maling itu langsung jatuh ke tanah.
               
                Kampung bekas rumah Kartodikromo ini juga banyak menyimpan misteri sampai saat ini, berdasar saksi mata para tetangga disekitar kampung Kartodikromo, ada yang melihat kejadian aneh diantaranya api ndaru yang melesat dari langit dan jatuh di kampung tersebut, ada yang melihat mahluk halus besar ( orang menyebutnya genderuwo ), kampung yang sekarang masih wingit ( angker ) itu sering di sambangi para pemburu benda-benda antik semacam keris dan gaman.

Lukito :

                Kepala Desa ini berjasa dalam pembangunan infra struktur jalan dan gorong-gorong dan fasilitas penting lainnya, seperti pos gardu jaga permanen, gedung balaidesa. Dibidang pertanian juga mengalami kemajuan. Akan tetapi dalam era ini perjalanan politik multi partai sedikit banyak berpengaruh terhadap keharmonisan hidup bernegara, dalam hal ini pengaruh gesekan antara partai NU dan PKI begitu kuat di desa Bulumanis lor. Tak mengherankan politik kotor dan intimidasi diterapkan PKI yang kala itu  Kepala Desanya terlibat PKI desa Bulumanis lor.
                Setelah pemerintah RI membekukan PKI dan Letkol Soeharto ditunjuk Soekarno memegang keamanan paska supersemar, untuk di desa Bulumanis lor PKI dapat dilumpuhkan oleh Barisan NU dan anshornya serta mendapat dukungan penuh dari Resimen Para Komando Angkatan Darat ( RPKAD ) yang sempat juga datang di Bulumanis lor. Beberapa tokoh penting PKI desa Bulumanis lor diambil RPKAD dibawa ke pulau Buru.  Setelah masa hukumannya selesai, ada yang kembali pulang ke Bulumanis lor dan ada yang  tidak kembali lagi ke Bulumanis lor termasuk  diantaranya adalah Lukito. Kini peristiwa itu telah lama dilupakan masyarakat Bulumanis lor sebagai bentuk rekonsiliasi terhadap orang-orang yang dulu pernah terlibat partai yang makar terhadap pemerintah RI.


Ichwan Soeyoethi :
               
                Tokoh yang satu ini naik menjadi kepala Desa Bulumanis lor berkat kemenangannya dalam pemilihan umum kepala desa, yang waktu itu masih menggunakan biting / lidi yang dimasukkan dalam bumbung bambu.  Ada 7 calon yang maju, namun setelah penghitungan ada 2 calon yang harus  masuk final, satu diantaranya adalah Ichwan Soeyoethi . setelah final penghitungan tahap dua Ichwan Soeyoethi keluar sebagai pemenang. Kemenangan Suoyoethi ini berkat dukungan penuh NU,Anshor dan Muslimat. Masa jabatan Ichwan Soeyoethi ini terbilang lama, selama masa orde baru, tak heran gaya kepemimpinannya langsung seragam seperti pemerintahan Soeharto.


H. Hambali, SH. :

                Seorang pemuda penuh visi anak dari tokoh Masyumi desa Bulumanis lor, sewaktu menjabat  Kepala Desa dalam kondisi masih bujangan. H. Hambali, SH. menjabat dua periode, berkat kemenangannya dalam 2 pemilu kepala desa. Gelar kesarjanaannya mengangkat lahan kisik / pantai sebagai bahan topik skripsinya.
                Prestasi-prestasi gemilang pada masa ini banyak ditorehkan, diantaranya adalah kembalinya aset desa tanah SDN 01 yang beberapa puluh tahun diambil sepihak oleh diknas Margoyoso untuk gedung kegiatan guru. Memprakarsai berdirinya Yayasan Baitus Salam yang bergerak dibidang sosial penyantunan dan beasiswa anak-anak yatim dan dluafak, berdirinya MTS. Baitus Salam, Renovasi total Masjid Baitus Salam yang disebut-sebut sebagai proyek monumental desa Bulumanis lor, serta penataan aparatur desa yang semula hamburadul dan terkesan abangan menjadi tertib dan agamis,
satu persatu aparatur desa yang tidak seirama dengan derap pembangunan mental spiritual disikat habis.
                Tapi hukum dunia ditakdirkan berpasangan dan bermata dua bagai keping mata uang, sebaik-baik Hambali memimpin ada juga kelompok kecil yang tidak puas atas kepemimpinannya ekses dari pilkades, sehingga selama Hambali memimpin banyak kasus-kasus sengaja dimunculkan oleh kelompok yang tidak puas untuk merusak citra Hambali.

Abdul Fatah :

                Anak tertua dari Ichwan Soeyoethi ini  menduduki kepala desa setelah dua kali keikutsertaannya dalam pilkades, edisi pertama kalah dari H. Hambali, SH, dan edisi kedua keikutsertaannya memenangkan pilkades mengalahkan dua calon yang lain.

10 komentar:

  1. blognya keren pak, isinya sangat menarik dan bermanfaat,.sayang berat loadingnya dan templatenya kurang menarik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. templat sengaja aku pilih yang ada bambunya, karena kesan yang kita tangkap adalah bulumanis lor adalah sebuah desa yang rimbun dengan bambunya ! gitu bro !

      Hapus
  2. ''Suatu waktu ada maling mengambil buah kelapa yang masih di pohon, kebetulan keberadaan maling tersebut ketahuan Kartodikromo, maka hanya dengan ditunjuk pakai telunjuk Kartodikromo, maling itu langsung jatuh ke tanah.''
    Saya kurang setuju dg cerita yang ini, kayaknya tidak masuk akal gitu, dan bnyak juga saksinya waktu itu.
    Saya mncoba tanya2 ke mbah2, yg betul itu ceritanya ada maling kelapa terus disuruh turun oleh beliau 'petinggi tuo' maka setelah turun sang maling disuruh mandi, makan, diberi pakaian, uang, trus disuruh pulang.

    Mohon dikoreksi pak, benar atau salahnya. Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho kalau cerita tentang ketokohan seseorang itu harus dibumbui yang agak heboh dikit, biar bombastik ! gitu men

      Hapus
  3. bulumanis prihatin ..pak tain. bgmn dng kondisi kades skrng.?bgmn koment2nya bodöng dkk.?koq diam aja..nggak pada demo.,.wkwkwkwk

    BalasHapus
  4. Bagaimana pilkades taun ini? Masih monpol?

    BalasHapus
  5. Blognya sungguh lengkap dan efektif👍👍👍👍👍

    BalasHapus